Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Waode Nurmuhaemin
Penulis

Praktisi pendidikan, penulis buku dan novel pendidikan

Melihat Peringkat PISA India, Negara yang Berhasil Mendarat di Bulan

Kompas.com - 06/10/2023, 13:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PROFESOR Lant Pritchett, seorang Guru Besar Harvard dalam satu seminar pendidikan 2016 mengatakan, pendidikan Indonesia tertinggal 128 tahun jika dibandingkan negara-negara maju.

Kemudian susul menyusul para ahli meramalkan ketertinggalan Indonesia beratus-ratus tahun lebih lama lagi.

Sebagian besar asumsi itu dibangun di atas hasil tes PISA yang saat ini menjadi barometer ukuran kemajuan pendidikan menengah suatu negara.

Saya katakan asumsi, karena alat ukur yang dipakai hanyalah PISA. Apakah pendidikan kita dikatakan berhasil jika nilai siswa kita di PISA begitu mengesankan?

Sudah lama tradisi emas para siswa Indonesia di Olimpiade matematika dan fisika. Sejak 1993, prestasi siswa-siswa kita begitu menggagumkan.

Namun saya jarang mendengarkan asumsi positif yang dibangun berdasarkan prestasi membanggakan para siswa kita di ajang penuh gengsi tersebut.

Misalnya, mengapa tidak ada ahli pendidikan yang mengatakan bahwa berdasarkan tradisi perolehan medali di olimpiade fisika, Indonesia lebih maju 50 tahun, misalnya, dibanding siswa negara lain.

Mengapa hanya nilai-nilai PISA yang ditonjolkan dan betulkah sebegitu bodohnya siswa –siswa Indonesia sampai pendidikan kita dicap tergolong terendah, buruk, belum maju dan lain sebagainya?

Ada sekitar 44 juta siswa yang berumur 15 tahun atau sekitar 70 persen siswa sekolah menengah di Indonesia. Namun, mereka hanya diwakili beberapa ribu siswa setiap kali tes PISA.

Apakah sampel tersebut menggambarkan semua siswa Indonesia? Bagaimana dengan soal-soal yang dibuat, apakah sesuai dengan karakteristik sekolah-sekolah kita?

Bagaimana jika pada tes PISA pesertanya dari sekolah internasional di Indonesia saja? Kalau hasilnya lebih tinggi, maka dapat ditarik keseimpulan bahwa tes itu memang hanya cocok diikuti negara-negara OECD, bukan negara berkembang.

Indonesia sudah mengikuti tes PISA sebanyak delapan kali sampai 2022, sejak diadakan pertama kali pada 2000.

Hasilnya relatif sama, negara-negara yang duduk di peringkat satu sampai 20 selalu berganti-ganti dari negara "yang itu-itu saja", meskipun ada kejutan dari China dan Vietnam.

Namun, rangking China juga banjir kritik karena hanya mengikutkan sekolah–sekolah di wilayah di daerah makmur.

India adalah paradoks. Negara yang baru saja mendaratkan misinya di kutub selatan Bulan ini, hanya satu kali mengikuti tes PISA pada 2009.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com