Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Batik di Indonesia, Dulu Jadi Seragam Pelajar STOVIA

Kompas.com - 02/10/2023, 08:19 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Tepat pada Senin 2 Oktober 2023 diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Lantas, seperti apa sejarah batik di Indonesia?

Siswa yang sedang belajar sejarah tentu harus tahu sejarahnya dan kenapa harus diperingati setiap tahunnya.

Dilansir dari laman Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek, 2 Oktober 2009 merupakan tanggal yang bersejarah bagi bangsa Indonesia.

Pasalnya, pada tanggal tersebut batik ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan oleh UNESCO. Penetapan ini dilakukan secara resmi pada sidang UNESCO yang dilaksanakan di Abu Dhabi.

Baca juga: Siswa, Seperti Ini Sejarah Tanam Paksa

Tentu hal ini membanggakan bagi bangsa Indonesia karena sebelumnya batik pernah diklaim oleh negara tetangga. Namun 2 Oktober kemudian diperingati sebagai hari batik nasional.

Batik punya sejarah panjang

Di Indonesia, batik memiliki sejarah yang cukup panjang. Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat.

G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7.

Pada awalnya batik merupakan kesenian gambar di atas kain yang dikhususkan untuk pakaian keluarga raja. Karenanya, batik terbatas beredar hanya di kalangan keraton Jawa.

Sedang pada masa pergerakan nasional, batik memiliki kaitan yang erat. Batik pun memiliki hubungan erat dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional bangsa Indonesia seperti H. Samanhudi dan Kartini.

Pada 1911, H. Samanhudi, seorang pedagang batik dari Laweyan, Surakarta, mendirikan organisasi Sarekat Dagang Islam.

Organisasi ini bertujuan untuk memperkuat persatuan para pedagang batik pribumi dari persaingan dengan pedagang Cina yang menjadi agen dalam menjual bahan-bahan batik.

Baca juga: Hari Tani Nasional 24 September, Ini Sejarah dan Latar Belakangnya

Dalam perjalanannya, Sarekat Dagang Islam pada akhirnya berganti nama menjadi Sarekat Islam.

Kampung batik Laweyan pun memiliki peran yang penting dalam masa pergerakan nasional. Sejak Sarekat Dagang Islam didirikan di Laweyan, pengaruhnya mulai menyebar ke beberapa wilayah di Hindia Belanda.

Banyak tokoh-tokoh dari Laweyan yang kemudian bergerak ke luar daerah untuk berpolitik seperti H. Amir yang berperan dalam pembentukan afdeling SDI di Bandung.

Tiga serangkai yakni Kartini, Roekmini, dan Kardinah kerap kali menggunakan kebaya putih dan sarung batik buatan sendiri.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com