Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen FK Unesa: Ini 3 Kiat Cegah Terkena ISPA

Kompas.com - 04/09/2023, 11:33 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berkaitan dengan kondisi gangguan pernapasan akibat polusi udara.

Menurut data, indeks standar pencemaran udara (ISPU) di berbagai kota besar seperti Jakarta misalnya secara fluktuatif mencapai angka tertinggi pada kategori tidak sehat.

Baca juga: Kisah Brian Tan, Pria Usia 18 Tahun yang Sedang Kuliah S3 di Amerika

Dosen FK Unesa, dr. Rahmantio Adi mengaku, polusi udara tidak bisa dianggap remeh. Sebab, sangat berdampak pada kesehatan manusia.

"Bahayanya bersifat karsinogenik yang mana kebanyakan unsur kimia di dalamnya terdapat timbal dan benzena," kata dia dikutip dari laman Unesa, Senin (4/9/2023).

Dia menjelaskan, timbal dan benzena dapat mengganggu peredaran oksigen dalam darah yang bersumber dari hasil pembakaran mesin kendaraan.

Polusi udara lain seperti asap rokok salah satunya, juga mengandung karbon monoksida yang mengakibatkan timbulnya gejala penyakit pernapasan salah satunya ISPA.

"ISPA ini memperberat kesehatan paru, mirip seperti asam lambung ditambah lagi jika orang tersebut menderita ISPA jelas gejalanya pasti makin berat," ungkap dia.

Asap yang masuk di sistem pernapasan ini akan mengganggu bahkan melemahkan pertahanan tubuh, sehingga rentan terkena ISPA.

Bagi orang yang telah terkena ISPA sebelumnya, tentu bisa memperberat gejala yang sudah ada ketika terkena polusi udara.

Beberapa gejala awal yang sering ditemukan biasanya gejala-gejala umum seperti batuk, demam, nyeri kepala, hidung tersumbat, nyeri tenggorokan ataupun tulang hidung, bahkan wajah terasa nyeri.

Pada beberapa kasus juga ditemukan kondisi lebih kompleks seperti kesulitan untuk bernafas.

Dokter spesialis penyakit dalam itu memberikan beberapa kiat pencegahan agar tidak terkena ISPA.

Pertama, usahakan menggunakan masker saat berada di luar ruangan dan menghindari area asap rokok.

"Polusi udara seperti paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan, seperti asma dan bronkitis," jelas dia.

Kedua, meminimalisir sentuhan tangan pada wajah terutama pada wajah setelah menyentuh objek lain.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com