Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Manfaat Berlatih Bela Diri untuk Anak-anak

Kompas.com - 10/08/2023, 17:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA berbagai aliran olahraga bela diri di Indonesia, antara lain pencak silat, karate, judo, tae kwon do, kempo, tinju, aikido, dan wushu.

Awam sering mempersepsikan aliran-aliran bela diri ini sebagai olahraga “keras”. Tidak sedikit orangtua yang takut mengikutsertakan anak untuk belajar bela diri karena persepsi seperti itu.

Orangtua yang enggan anaknya belajar bela diri, sering menganggap bela diri akan membuat anak suka berkelahi dan agresif. Mereka juga takut anak mereka akan terluka karena mengikuti latihan bela diri.

Ada pula orangtua yang masih menganggap bahwa keterampilan bela diri tidak dibutuhkan untuk anak mereka; salah satu alasannya karena menganggap anak mereka “lembut” dan “halus”.

Tidak ada keharusan bagi orangtua untuk mengikutsertakan anak dalam bela diri; tetapi belajar bela diri akan bermanfaat bagi anak. Sejumlah penelitian berikut ini menunjukkan manfaat bela diri bagi anak:

Penelitian Theeboom, De Knop, dan Vertonghen (2009) menemukan bahwa secara umum belajar bela diri terkait dengan aspek sosio-psikologis anak.

Aspek sosio-psikologis adalah hal-hal yang berasal dari interaksi antara anak dan lingkungan sosialnya, seperti penyesuaian diri, kesehatan mental, perilaku, pretasi akademik, dan perkembangan sosial-emosional.

Penelitian melalui wawancara mendalam kepada 40 anak (8-12 tahun), yang berasal dari berbagai aliran bela diri menemukan bahwa belajar bela diri meningkatkan kepercayaan diri, pengendalian diri, keterampilan sosial, dan penerapan perilaku antikekerasan saat berelasi sosial.

Vlachos (2015) dalam kajian literaturnya menunjukkan bahwa bela diri adalah program intervensi yang tepat bagi anak yang mengalami permasalahan perilaku, emosional, dan sosial.

Ia memaparkan beberapa hasil penelitian yang menemukan bahwa bela diri sebagai program intervensi, membantu anak meningkatkan kemampuan kosentrasi, harga diri, optimisme, kebahagiaan, serta mengurangi agresi dan frustasi.

Vlachos menyarankan agar sekolah mempertimbangkan program belajar bela diri untuk membantu anak-anak yang mengalami permasalahan perilaku, emosi, dan sosial.

Penelitian Harwood, Lavidor, dan Rassovsky (2017) membuktikan bahwa belajar bela diri adalah cara efektif untuk menurunkan agresifitas anak.

Penelitian meta analisis ini, yang menganalisis berbagai hasil penelitian terkait bela diri dari tahun 1980 hingga 2015, menemukan bahwa belajar bela diri dapat mengurangi risiko munculnya perilaku bermasalah akibat agresifitas anak.

Penelitian sistematik review oleh Stamenkovic, Manic, Roklicer, Trivic, Malovic, dan Drid (2022) menemukan bahwa belajar bela diri memberi dampak positif bagi kebugaran fisik anak.

Mereka memaparkan bahwa anak yang mengikuti bela diri memiliki kebugaran kardiorespirasi (kemampuan jantung, paru-paru, dan pembuluh darah mengirim oksigen ke otot-otot selama beraktivitas secara fisik) yang baik.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com