Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Gawai, Anak-anak Mulai Semakin Lupa Peranan Buku

Kompas.com - 03/08/2023, 18:54 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Agus Sutoyo mengaku, jika era perkembangan teknologi saat ini, peranan buku semakin dilupakan. Padahal keberadaannya sangat penting dalam tumbuh kembang generasi bangsa.

Anak-anak, kata dia, mulai melupakan bacaan yang menarik, karena asyik dengan gawainya.

Baca juga: 4 Tips Gapai Beasiswa Unggulan dari Puslapdik Kemendikbud

Padahal, kampanye literasi sudah dahulu digaungkan Perpusnas. Bagaimana peran orangtua menyikapi perkembangan teknologi yang begitu pesat.

Pada 2003 silam sudah mulai melalui duta baca nasional saat itu, Tantowi Yahya, dengan tagline "Ibuku Perpustakaan Pertamaku".

Artinya orangtua punya peran penting di rumah, sebelum sosialisasi keluar rumah.

"Ibu atau ayah mendampingi anak-anak mereka untuk kenalkan literasi. Penelitian membuktikan usia 0-5 tahun pada anak, perkembangannya dikontrol melalui buku bacaan," kata Agus dalam keterangan resminya yang diterima Kompas.com, Kamis (3/8/2023).

Saat ini, sambungnya, kampanye literasi masih terus berlangsung. Dengan duta baca nasional yang berganti-ganti.

Perannya tetap sama, mengajak untuk dekat dengan buku. Namun di era kini, menggabungkan dengan teknologi.

"Kami sudah ada. Di gedung baru Perpusnas yang 24 lantai, sudah diterapkan teknologi. Bagaimana agar bisa memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Kami ambil peran itu. Dengan menyiapkan wadah dan fasilitas. Diantaranya ada Layanan Khusus Anak. Kunjungan di Sabtu dan Minggu selalu overload, khususnya dari anak-anak," tegas dia.

"Kami harus menyenangkan anak-anak saat main di perpustakaan. Disinilah peran dari pustakawan Perpusnas membantu bagaimana bisa bermain sambil membaca. Karena dunia anak tak bisa lepas dari bermain," sammbung Agus Agus.

Agus mengungkapkan, Layanan Khusus Anak dibuat lebih menyenangkan, ada mainan dan sebagainya.

Kesenangan yang awalnya didapatkan melalui gawai, bisa dialihkan ke perpustakaan.

Baca juga: Beasiswa S2 Gratis ke 9 Negara, Tanpa Syarat IPK dan Gratis Akomodasi

"Kami tidak meninggalkan teknologi, tapi justru mulai memanfaatkannya. Yakni membuat aplikasi I-Pusnas. Jadi masyarakat kalau mau baca buku, tak harus datang ke Perpusnas. Cukup buka aplikasi melalui telepon genggam," tutur dia.

"Untuk sekolah ada aplikasi Pusnas Edu, sehingga memudahkan perpustakaan di sekolah mencari buku untuk kebutuhan belajar mengajar," tambah Agus.

Agus menegaskan, agar anak-anak menyukai literasi, peran orangtua sangat dibutuhkan. Misalnya, mematikan televisi mulai dari pukul 18.00-19.00 WIB untuk memberi waktu membaca.

"Ini memang tantangan terbesar. Sejak dini dibiasakan kenalkan bahan bacaan. Saat mau tidur juga, anak-anak paling suka bacaan dongeng," jelas dia.

Pustakawan Layanan Anak, Fitriana Ramadhani menambahkan, menjadi pustakawan khusus anak dituntut memiliki daya kreativitas tinggi. Agar mereka bisa diarahkan untuk melakukan kegiatan literasi.

Misalnya saat membaca, itu dibuat agar mereka tidak seperti membaca.

Baca juga: Mahasiswa dari Kampus Akreditasi C Tidak Bisa Daftar Beasiswa Unggulan

"Contoh juga anak-anak ditanya soal cita-cita. Mereka membaca dulu, baru menulis apa cita-cita mereka saat dewasa. Dengan cara ini, buku menjadi hidup. Tidak lagi selesai membaca, lalu tutup buku. Jadi menciptakan sesuatu dari membaca," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com