Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Unair Beberkan Gejala dan Jenis Penyakit Stroke

Kompas.com - 09/07/2023, 13:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Unair

KOMPAS.com - Ada banyak penyakit yang sering diderita oleh masyarakat. Salah satunya penyakit stroke. Apa itu stroke?

Yudhi Adrianto, dr., SpS(K)., FINR FINA., selaku dosen neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) memberikan penjelasan.

Menurutnya, penyakit stroke terjadi akibat terhambatnya aliran darah menuju otak. Kondisi inilah yang menyebabkan cedera fokal akut pada sistem saraf pusat hingga dapat berujung kematian.

"Otak manusia memiliki total neuron mencapai miliaran, tetapi ketika penderita mengalami stroke maka akan mengganggu fungsi otaknya," ujarnya dikutip dari laman Unair, Jumat (7/7/2023).

Baca juga: Info Ners Unair: Ini 4 Cara Mencegah Stroke Berulang

Dokter Yudhi menjelaskan penyakit stroke terjadi karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak baik intracerebral hemorrhage (ICH) maupun subarachnoid hemorrhage (SAH).

Jenis penyakit stroke

Secara umum, ia menyebut ada tiga jenis stroke. Kasus paling banyak adalah:

1. Stroke iskemik sebesar 88 persen

2. Stroke hemoragik yakni ICH 10 persen

3. Stroke subarachnoid hemorrhage (SAH) 2 persen

Stroke iskemik, juga terbagi atas stroke emboli dan stroke trombotik. "Stroke iskemik atau stroke sumbatan adalah kerusakan jaringan otak pada infark fokal serebral, medulla spinalis, dan retina," jelas konsultan neurovascular itu.

Gejala stroke

Jika mengalami stroke tentu ada gejalanya. Adapun kelumpuhan merupakan salah satu gejala yang identik dengan penyakit stroke.

Gejala lain diantaranya wajah terkulai, genggaman melemah, kesulitan berbicara, dan nyeri kepala saat beraktivitas.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: 5 Hal Ini Bisa Cegah Heat Stroke Saat Musim Haji

"Semua orang bisa mendiagnosis stroke sebab tandanya mudah sekali. Misalkan kita menemukan tanda-tanda merot, kemudian semua tanda kelumpuhan separuh itu berkaitan dengan kerusakan otak," terangnya.

Sedang diagnosis bagi pasien stroke melalui evaluasi klinis stroke fokal. Selanjutnya, ditunjang vital sains dengan pengukuran tekanan darah hingga evaluasi neuroimaging berupa Computed Tomography Scan (CT Scan) untuk memeriksa perdarahan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Pasien stroke wajib melakukan emergency brain imaging yang paling direkomendasikan yaitu Non-Contrast CT (NCCT).

Sedangkan, MRI juga bisa berguna tapi membutuhkan waktu yang lebih lama. Biasanya MRI digunakan kalau memerlukan analisis imaging lebih dalam.

Tentunya ketepatan dan kecepatan diagnosis menjadi kunci utama dalam menangani penyakit stroke. Hal itu karena penetapan diagnosis setiap kasus stroke akan berbeda terlihat dari analisis klinis dan neuroimaging.

Ia juga mengatakan bahwa dukungan oksigen hanya diberikan bagi pasien dengan stroke akut yang mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar yang menyebabkan kesulitan bernapas.

Baca juga: Dosen FK Unair: Waspadai Gejala Stroke Jika Alami Hal Ini

Selain itu, oksigen tambahan tidak dianjurkan pada pasien non-hipoksia dengan Arterial Ischemic Stroke (AIS).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com