Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Waode Nurmuhaemin
Penulis

Praktisi pendidikan, penulis buku dan novel pendidikan

Mengapa Kampus Malaysia Jauh Meninggalkan Indonesia?

Kompas.com - 05/04/2023, 08:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KAMPUS Malaysia masih mengukuhkan dominasinya di QS World 2023 di tingkat ASEAN, bahkan dunia.

Dari tahun ketahun posisi kampus-kampus Malaysia menunjukan pertumbuhan rangking signifikan. Universitas Malaya duduk di peringkat 70 dunia, bahkan tahun lalu di peringkat 65 dunia.

Ada beberapa kampus lain yang duduk di peringkat 100-an dunia, yaitu Universitas Putra Malaysia di peringkat 123 dunia, Universitas Kebangsaan Malaysia urutan 129 dunia, Universitas Sains Malaysia 149.

Indonesisa dengan kampus terbaiknya, yaitu UGM, hanya bisa duduk di rangking 231 dunia. Sementara Universitas Indonesia berada di peringkat 248 dunia.

Kampus-kampus terbaik Indonesia hanya mampu duduk di peringkat dua ratusan dunia. Mengapa kampus Malaysia bisa sangat jauh meninggalkan indonesia?

Memang Malaysia sejak beberapa dekade belakangan sangat fokus menjadikan kampus kelas dunia.

Waktu kuliah Master di UKM Malaysia pada 2010, saya melihat pemerintah Malaysia mengganggarkan dana yang sangat besar untuk kampus berlangganan Jurnal Internasioanal bereputasi terbaik.

Saat itu, saya biasa berjumpa para dosen dari kampus-kampus di Indonesia yang berkunjung untuk numpang donwload jurnal, yang waktu itu masih berbayar di Indonesia.

Saya menyaksikan sendiri, kampus tempat saya kuliah dibanjiri mahasiswa asing. Di sisi lain, sampai saat ini saya masih jarang menjumpai kampus Indonesia dibanjiri mahasiswa asing.

Dosen-dosen di Malaysia juga diberi dana riset yang memadai untuk kemudian hasilnya dipublikasi di jurnal-jurnal bereputasi tinggi dan mahal. Pemerintah Malaysia menyediakan dana yang sangat besar untuk riset.

Gaji dosen juga lumayan tinggi. Untuk dosen S3 yang baru mengajar gajinya jika dirupiahkan di kisaran Rp 15 juta sampai Rp 20 jutaan.

Bandingkan dengan Indonesia, gaji dosen tetap non PNS di kampus-kampus negeri hanya Rp 1,7 juta, yang kadang-kadang dibayar tiga bulan sekali. Jangankan berpikir untuk melaksanakan Tridharma, untuk makan akhir bulan saja mereka sudah pusing tujuh keliling.

Dosen-dosen tetap non PNS adalah tulang punggung kampus. Pasalnya, dosen ASN di Indonesia hanya berjumlah 75.430 orang, sementara jumlah mahasiswa sekitar 9 juta orang. Belum ditambah mahasiswa baru tahun 2023.

Jadi, perlu dilihat kesejahteraan dosen secara keseluruhan. Jangan cuma melihat dosen-dosen di Jawa dan kampus-kampus besar, karena kualitas pendidikan adalah akumulasi dari kualitas secara keseluruhan kampus Indonesia.

Sangat sulit kemudian mengharapkan kampus bermutu dunia dengan manajemen dosen yang belum semua mendapat kesejahteraan yang layak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com