Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Guru, Kenapa Diperingati Setiap 25 November?

Kompas.com - 23/11/2022, 15:31 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Bagi siswa yang masih duduk di bangku sekolah tentu setiap hari bertemu dengan guru di kelas. Tapi, apakah siswa sudah paham sejarah hari guru?

Apakah siswa juga paham kenapa Hari Guru Nasional (HGN) diperingati setiap 25 November? Ternyata sejarahnya cukup panjang.

Yakni berawal dari masa penjajahan Belanda pada 1912. Tentu dengan hadirnya sebuah organisasi hasil perjuangan guru-guru pribumi.

Baca juga: Saat Terjadi Gempa Bumi, Siswa Harus Ingat 7 Hal Ini

Sejarah hari guru

Melansir laman Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), hari guru dulunya berawal dari organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda, yakni pada 1912.

Dulu namanya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah.

Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua yang menggunakan bahasa pengantarnya bahasa daerah ditambah bahasa Melayu.

Tentu tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda.

Sejalan dengan itu, di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB).

Baca juga: Apa Perbedaan Bercanda dan Bullying? Siswa Harus Tahu

Di samping juga ada organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti:

  • Christelijke Onderwijs Vereneging (COV)
  • Katolieke Onderwijsbond (KOB)
  • Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM)
  • Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama

Namun, perjuangan guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, melainkan telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.

Pada tahun 1932, dengan penuh kesadaran, 32 organisasi guru yang berbeda-beda latar belakang, paham dan golongan sepakat bersatu mengubah nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).

Pengubahan nama ini tentu mengejutkan pemerintah Belanda, karena penggunaan kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan dan sangat tidak disenangi oleh Belanda.

Baca juga: Sejarah Angklung, Siswa Sudah Paham?

Akan tetapi sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Perjuangan PGI bukan lagi sekadar nasib guru, melainkan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan.

Ketika pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, dan Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Berawal dari Kongres Guru Indonesia di Surakarta

Seratus hari setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tepatnya 23-25 November 1945 berlangsung Kongres Guru Indonesia di Surakarta.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com