Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Waspada Gempa Susulan di Cianjur

Kompas.com - 22/11/2022, 18:47 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Bencana gempa dengan magnitudo 5,6 mengguncang Cianjur, Jawa Barat (Jabar), pada Senin (21/11/2022).

Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), ada 268 orang yang meninggal dunia akibat bencana gempa Cianjur sampai Selasa (22/11/2022).

Baca juga: Gempa Cianjur, Mendikbud Identifikasi Guru dan Siswa yang Jadi Korban

Kepala Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, Dr. Muhammad Anggri Setiawan mengatakan, dalam tahap kondisi tanggap darurat sekarang ini, posisi BPBD akan sangat diperlukan dalam menangani korban dan pengungsi.

"Sedianya BPBD melakukan kaji cepat ke seluruh wilayah terdampak untuk pemetaan kebutuhan pengungsi secara menyeluruh," ucap dia dalam keterangannya.

Menurut dia, fokus sementara untuk tanggap darurat sebaiknya untuk penanganan korban bencana hingga mendapatkan tempat yang aman baik di tenda darurat ataupun lokasi penampungan perlu diperhatikan terkait pemenuhan kebutuhan dasarnya.

"Setiap bencana dan dampak yang ditimbulkan memerlukan waktu penanganan yang berbeda umumnya mengacu kepada penyediaan bahan logistik tanggap darurat dan melihat perkembangan situasinya," jelas dia.

Kejadian bencana gempa, menurut dia, peran Satuan Kerja Penanggulangan Kedaruratan Bencana (SKPDB) di tingkat kabupaten sangat penting.

Itu karena langsung siap mengoordinasi tahapan siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi pemulihan segala bentuk bencana.

Terkait upaya mitigasi bencana atau alat deteksi gempa yang dilakukan pemerintah dan peneliti selama ini, Anggri menjelaskan usaha untuk memprediksi gempa sudah dilakukan para peneliti di Indonesia yakni salah satunya yang paling intens adalah potensi gempa di Sesar Lembang dan Sesar Sumatera.

"Hal ini bisa dilakukan dengan menghitung seberapa cepat pergerakan bidang patahan atau sesar dengan acuan bahwa gempa merupakan siklus karena jika pernah terjadi saat ini, pasti pernah terjadi di masa lalu dan akan terjadi di masa depan," ucap dia.

Baca juga: 6 Kata Gaul Ini Masuk Kamus KBBI, Apa Saja?

Untuk itu, hal awal yg perlu dilakukan adalah melakukan pemetaan guna mengidentifikasi secara spasial dimana saja keberadaan sesar pada suatu daerah.

"Jika sudah teridentifikasi, masing-masing sesar perlu diestimasi rata-rata kecepatan pergerakannya. Dengan data inilah, kita bisa tahu mana sesar yang masih aktif dan tidak serta mana yang paling berpotensi untuk gempa di masa depan," ucap dia.

Meski begitu, metode ini menurutnya tidak sepenuhnya akurat karena memang aktivitas alam sangat dinamis, tapi dengan tersedianya data dasar maka dapat dijadikan acuan terbaik untuk skenario mitigasi di masa depan.

Namun, yang tidak kalah lebih penting, lanjut dia, adalah setiap kejadian gempa besar selalu diikuti dengan gempa-gempa susulan dengan skala yang relatif lebih kecil.

"Walaupun lebih kecil, tetap harus waspada," ucapnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com