Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dosen UGM Rancang Bamboo Dome, Tempat Makan Pemimpin G20

Kompas.com - 17/11/2022, 19:31 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali merupakan bangunan yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo sebagai tempat santap siang para pemimpin perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 Indonesia.

Bamboo Dome sendiri merupakan mahakarya kolaborasi Elwin Mok selaku visual creative consultant KTT G20, Rubi Roesli desainer Bamboo Dome, dan Ashar Saputra yang merupakan seorang pakar bambu dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ashar dikenal sebagai peneliti yang giat mengkaji bambu. Awal keseriusannya meneliti bambu terjadi pada 2008. Kala itu ia bekerja sama dalam pembangunan sekolah alam internasional yang seluruh bangunannya menggunakan bambu di Bali.

Baca juga: 5 Beasiswa S2-S3 Tanpa Batas Usia 2023, Kuliah Gratis dan Uang Saku

Dari awal kerja sama tersebut ia kenal dengan para penggiat bambu. Sampai saat ini Ashar telah bekerja sama dengan penggiat bambu untuk membuat bangunan bambu, tak hanya di Indonesia, namun juga di beberapa negara seperti Belgia, Cina, dan India.

Dalam pembuatan Bamboo Dome, Ashar sendiri tidak pernah menyangka akan dilibatkan dalam proyek ini.

Awalnya, dia ditawarkan oleh teman penggiat bambu dari Bali dalam dalam pembuatan lokasi jamuan makan para pemimpin dan delegasi G20 tersebut. Hal ini menjadi salah satu tantangan karena waktu yang dimiliki relatif singkat untuk menyiapkan lokasi yang estetik dan aman.

“Para penggiat, perajin bambu disediakan tiga minggu untuk menyelesaikan Bamboo Dome. Ini menuntut kerja sama yang intens antara arsitek, perajin bambu, dan saya untuk memastikan keamanannya sehingga harus dikawal dengan cukup ketat karena pekerjaannya cukup banyak dan harus zero tolerance terkait keamanan struktur bangunan,” papar Ashar yang merupakan Dosen Departemen Teknik Sipil FT UGM tersebut.

Baca juga: Kemendikbud Tambah Kuota Beasiswa PMDSU, Cetak Doktor Muda Indonesia

Proses pembuatan Bamboo Dome

Ashar Saputra, pakar bambu dari Universitas Gadjah Mada sedang berpose di depan Bamboo Dome, di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali Dok. UGM Ashar Saputra, pakar bambu dari Universitas Gadjah Mada sedang berpose di depan Bamboo Dome, di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali

Ide pembuatan bangunan dengan bahan utama bambu ini adalah mencari sesuatu yang unik. Bambu dipilih karena memiliki keunikan sebagai bahan yang mudah dibentuk melengkung karena sifatnya yang lentur dan elastis. Disamping itu, bangunan bambu juga dikenal kuat atau tahan terhadap guncangan gempa.

Baca juga: 3 Beasiswa S2-S3 Beri Kuliah Gratis dan Tunjangan Keluarga, Tertarik?

“Idenya dari para desainer itu adalah di mana di saat dunia itu senang memilih yang artifisial, justru Bali masih memiliki yang original. Bambu jadi pilihan karena sudah menjadi keseharian masyarakat Bali,”ujarnya.

Bamboo Dome dibangun menggunakan bambu apus, sebagai penyangganya memakai bambu petung dari Tabanan yang dibawa ke Gianyar untuk digarap oleh perajin.

Pengerjaan Bamboo Dome dimulai dari menentukan pondasi, menyusun lengkung-lengkung utama, sampai keseluruhan dapat diuji karena strukturnya lengkung. Ashar mengatakan pembuatan bangunan tersebut memiliki tantangan tersendiri yaitu dalam membentuk lengkungan yang estetik, tetapi segi keamanan tetap bisa tercapai.

Berbeda dengan bangunan yang dibuat dari beton atau baja, membangun bambu memiliki ketidaktentuannya yang cukup tinggi, baik dari dimensi, kematangan, maupun kinerja sambungannya.

Baca juga: 6 Beasiswa Luar Negeri Tanpa Syarat TOEFL atau IELTS

Lebih lanjut, Ashar mengungkapkan ada satu momen yang ia sebut sebagai Moment of Truth dalam proses pengerjaan Bamboo Dome.

Satu hari sebelum Presiden Joko Widodo melakukan cek lokasi, saat itu di Nusa Dua terjadi hujan yang sangat lebat dan angin yang sangat kencang selama dua jam. Ashar berada persis di bawah bangunan yang sedang dikerjakan sembari memperhatikan seluruh bangunan dan kondisi seluruh struktur bangunan masih stabil dan tetap kokoh walau diterpa hujan dan angin kencang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com