Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Anak RSND Undip: Ini Ciri-ciri Anak Alami Hiperaktif

Kompas.com - 14/04/2022, 19:31 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Hiperaktif pada anak ditandai dengan anak yang tidak bisa diam dan selalu bergerak.

Hiperaktif berbeda dengan berperilaku sangat aktif, anak yang hiperaktif memiliki keinginan untuk bergerak terus menerus yang tidak bisa dikontrolnya.

Baca juga: Ramai Tren Healing pada Kalangan Milenial, Ini Tanggapan Psikolog UGM

Orangtua patut waspada bila perilaku aktif anak justru membuat mereka kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari atau bahkan menyebabkan gangguan interaksi dengan teman sebayanya.

Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip Tun Paksi Sareharto, hiperaktif bisa dikatakan anak tidak bisa tenang, tidak bisa diam atau selalu bergerak ke mana saja.

Jika hiperaktifnya normal, kata dia, anak masih bisa diam ketika memang harus untuk diam.

Namun, orangtua juga harus tahu hiperaktif yang kelainan.

"Tanda hiperaktif yang kelainan dapat dilihat, seperti anak berjalan ke sana kemari, mungkin nabrak-nabrak, jahil yang berlebihan, diminta diam namun tidak bisa, bergerak mengulang-ulang seperti lari berputar-putar tanpa ada maksudnya, dan terlalu responsif," tutur dia.

Orangtua harus peka saat anak mengalami hiperaktif

Jika melihat anak tampak hiperaktif, orangtua harus memeriksanya ke dokter anak.

Baca juga: Apakah Shalat Tarawih Bisa di Metaverse? Ini Kata Guru Besar Unair

Hal itu agar bisa mendapat diagnosa, apakah hiperaktif anak masih dalam batas normal atau tidak normal.

Lanjut dia mengatakan, dokter akan melakukan asesmen dan menegakkan diagnosa, jika memang anak mengalami autis dan nantinya akan diterapi.

Sebagian besar terapi autis adalah terapi perilaku atau behavioral therapy.

Pada anak autis biasanya terjadi keterlambatan bicara, sehingga terapi anak autis sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

"Jadi ketika ada keanehan pada anak orang tua harus tanggap. Deteksi dini akan sangat membantu sekali dan perbaikannya akan cepat serta diharapkan dapat masuk di sekolah umum," tutur dia.

Tun Paksi mengatakan orangtua harus memahami kelemahan dan kelebihan anak, sehingga nantinya dapat mengarahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi.

Sebab pada akhirnya anak-anak akan lepas dari orangtua dan harus mandiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com