Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dokter Anak RSND Undip: Ini Ciri-ciri Anak Alami Hiperaktif

KOMPAS.com - Hiperaktif pada anak ditandai dengan anak yang tidak bisa diam dan selalu bergerak.

Hiperaktif berbeda dengan berperilaku sangat aktif, anak yang hiperaktif memiliki keinginan untuk bergerak terus menerus yang tidak bisa dikontrolnya.

Orangtua patut waspada bila perilaku aktif anak justru membuat mereka kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari atau bahkan menyebabkan gangguan interaksi dengan teman sebayanya.

Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip Tun Paksi Sareharto, hiperaktif bisa dikatakan anak tidak bisa tenang, tidak bisa diam atau selalu bergerak ke mana saja.

Jika hiperaktifnya normal, kata dia, anak masih bisa diam ketika memang harus untuk diam.

Namun, orangtua juga harus tahu hiperaktif yang kelainan.

"Tanda hiperaktif yang kelainan dapat dilihat, seperti anak berjalan ke sana kemari, mungkin nabrak-nabrak, jahil yang berlebihan, diminta diam namun tidak bisa, bergerak mengulang-ulang seperti lari berputar-putar tanpa ada maksudnya, dan terlalu responsif," tutur dia.

Orangtua harus peka saat anak mengalami hiperaktif

Jika melihat anak tampak hiperaktif, orangtua harus memeriksanya ke dokter anak.

Hal itu agar bisa mendapat diagnosa, apakah hiperaktif anak masih dalam batas normal atau tidak normal.

Lanjut dia mengatakan, dokter akan melakukan asesmen dan menegakkan diagnosa, jika memang anak mengalami autis dan nantinya akan diterapi.

Sebagian besar terapi autis adalah terapi perilaku atau behavioral therapy.

Pada anak autis biasanya terjadi keterlambatan bicara, sehingga terapi anak autis sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

"Jadi ketika ada keanehan pada anak orang tua harus tanggap. Deteksi dini akan sangat membantu sekali dan perbaikannya akan cepat serta diharapkan dapat masuk di sekolah umum," tutur dia.

Tun Paksi mengatakan orangtua harus memahami kelemahan dan kelebihan anak, sehingga nantinya dapat mengarahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi.

Sebab pada akhirnya anak-anak akan lepas dari orangtua dan harus mandiri.

Orangtua, lanjut dia, harus tahu apa yang akan anak tuju saat sudah dewasa atau ingin bekerja sebagai apa.

Pasalnya, hal itu menentukan perguruan tinggi mana atau bidang ilmu mana yang mau dimasuki oleh sang anak.

"Diskusi dengan anak dan keluarga diperlukan, untuk menimbang-nimbang kemampuan anak, bidang pendidikan dan lokasi pendidikan," terangnya.

Ketika anak hiperaktif maka harus dievaluasi lebih dahulu

Pada saat bertemu anak hiperaktif, maka harus dievaluasi terlebih dahulu.

Biasanya, anak-anak usia balita memang kadang sangat aktif, karena perkembangan motorik halus dan kasarnya masih berkembang jadi memang butuh banyak bergerak.

Namun kalau ada perilaku yang aneh atau diulang-ulang, interaksi dengan orang tidak bisa, seperti tidak ada kontak mata dan tidak melihat lawan bicaranya, maka harus diwaspadai.

"Segera periksakan ke dokter anak agar kita bisa menentukan autis atau bukan, atau terdapat kelainan yang lain," pungkas dia.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/04/14/193117871/dokter-anak-rsnd-undip-ini-ciri-ciri-anak-alami-hiperaktif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke