Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Anak Titipkan Orangtua di Panti Jompo, Ini Kata Pakar Undip

Kompas.com - 18/11/2021, 14:50 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Belakangan ini, banyak kasus berita di media terkait orangtua yang dititipkan anak-anaknya ke panti jompo atau panti wreda.

Hal itu kemudian menuai pro dan kontra atau masih menjadi stigma buruk di Indonesia.

Baca juga: Dewan Profesor Undip Dorong Penggunaan Herbal untuk Obat Covid-19

Sebagian berpendapat, apapun alasannya orangtua harus dirawat anaknya sendiri.

Karena, secara budaya dan agama masih tampak aneh jika ada anak sesibuk apapun menitipkan orangtuanya ke panti jompo.

Tetapi tidak semua beranggapan demikian, ada juga yang menilai tinggal di panti jompo bukan pilihan yang buruk. Apalagi, saat ini banyak panti jompo yang menawarkan kehangatan dan kenyamanan bagi para lansia.

Adanya pro dan kontra menitipkan orantua ke panti jompo, membuat Sosiolog dan Guru Besar FISIP Undip, Prof. Ari Pradhanawati angkat suara.

Menurut dia, dari sisi sosiologi fenomena di Indonesia, secara budaya nampaknya kurang patut menitipkan orangtuanya di panti jompo, tetapi pandangan setiap orang berbeda dalam menyikapi persoalan tersebut.

Budaya di Indonesia, kata dia, anak harus merawat orangtuanya atau orangtua ikut anaknya. Tetapi di jaman milenial saat ini, artinya sudah lain. Sebab, perkembangan zaman mengikuti kegiatan manusia sehari-hari.

Merawat orangtua itu harus disetujui kedua belah pihak, suami maupun istri, ibunya suami atau ibunya istri harus setuju.

"Jika tidak setuju, nanti terjadi persoalan, sementara budaya kita merawat orangtua itu adalah keharusan, tetapi kasuistik. Dan ada positifnya ketika kita ingin merawat orangtua di panti jompo," ucap dia melansir laman Undip, Kamis (18/11/2021).

Di pikiran masyarakat luas, jika mendengar kata panti jompo atau panti wreda seolah menganggap orangtua dibuang, padahal sebenarnya tidak begitu juga.

Karena, memang ketika mendengar kata jompo atau wreda terkadang membuat pikiran malah stres.

Artinya, harus membuat istilah yang nyaman, misalnya sebuah rumah masa tua, di mana ada fasilitas yang komplit.

Baca juga: Profesor IPB Ini Tolak Permendikbud Kekerasan Seksual Perguruan Tinggi

"Sehingga konotasi kita terhadap panti jompo atau panti wreda untuk lansia diubah menjadi suatu istilah-istilah yang mengena di hati dan anggapan ke panti jompo itu tidak berarti dibuang dan orangtua mesti diberi pemahaman," ujarnya.

Dosen Fakultas Psikologi Undip, Unika Prihatsanti mengemukakan, pada zaman dulu orangtua mengasuh anak-anaknya memiliki harapan, bahwa anak-anak ini adalah investasi di masa depan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com