Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unesa Teliti Horshoe Crab Jadi Kandidat Antivirus Covid-19

Kompas.com - 09/08/2021, 16:26 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam penanggulangan pandemi Covid-19, sivitas akademika di perguruan tinggi terus memberikan kontribusinya.

Baik berupa penelitian maupun keterlibatan dalam pengembangan vaksin Covid-19.

Seperti halnya yang dilakukan mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Meski masih dalam tahapan penelitian, tapi usaha mereka berhasil lolos dalam pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) 2021.

Mereka mengusung riset berjudul "Potensi dan Bioaktivitas Ekstrak Senyawa Mimi Mintuna (Horshoe Crab) Lokal Indonesia sebagai Kandidat Antivirus Covid-19".

Baca juga: Orangtua, Ini Tips Maksimalkan Teknologi Untuk Pendidikan Anak

Lakukan penelitian terhadap senyawa Horshoe Crab

Tim PKM-RE dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa digawangi Maftukhatul Faizah dari S1 Pendidikan Biologi, Mia Savita dari S1 Pendidikan Biologi, Elsa Aulia Vebianawati S1 Pendidikan Biologi dan Ahmad Misbakhus Sururi S1 Kimia.

Hewan yang diteliti para mahasiswa ini adalah Mimi atau Belangkas (suku Limulidae) mencakup empat jenis hewan beruas (artropoda) yang menghuni perairan dangkal wilayah paya-paya dan kawasan mangrove.

Orang Jawa menyebut mimi untuk yang berjenis kelamin jantan dan mintuna untuk yang betina.

Hewan ini monogamik, sehingga sering dijadikan simbol kelanggengan pasangan suami-isteri.

Orang Inggris mengenalnya sebagai Horseshoe Crab atau "ketam ladam" karena bentuknya yang dianggap seperti ladam kuda.

Ahmad Misbakhus Sururi menerangkan, riset yang diajukan ini bermula dari pandemi Covid-19 yang kini masih mewabah dan tak kunjung usai.

Belum lagi adanya Covid-19 varian baru yang menyebabkan pasien positif Covid-19 meninggal dan krisis di segala sektor.

Baca juga: Pakar IPB: Suplemen Kesehatan Bukan Pengganti Makanan

Temukan ekstrak senyawa horseshoe crab

Menurut Sururi, permasalahan utama saat ini adalah kurangnya kesadaran dan kepekaan masyarakat terhadap dampak yang diakibatkan virus ini.

Terutama pada orang-orang yang memiliki penyakit bawaan (komorbid).

Selain itu, mobilitas masyarakat yang cukup tinggi antardaerah bahkan negara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com