Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiat Sukses Indra Rudiansyah Jadi Peneliti Muda di Balik Vaksin AstraZeneca

Kompas.com - 03/08/2021, 09:24 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sosok Indra Rudiansyah, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah viral karena keterlibatannya di dalam tim pembuatan Vaksin AstraZeneca.

Indra yang kini menjadi mahasiswa Universitas Oxford, tengah menjadi perbincangan di kalangan anak muda yang baru mengetahui profesi peneliti khususnya di bidang vaksin. Lalu, jika ingin menggeluti bidang yang sama apa ya yang harus dilakukan?

1. Suka sains sejak SMA, Indra selalu haus rasa ingin tahu

Dalam wawancara dengan Kompas.com, Jumat (30/7/2021) Indra mengisahkan awal mula ketertarikannya di bidang sains sejak SMA. Ia cukup aktif mengikuti karya ilmiah di sekolahnya.

"Pernah ikut Olimpiade Sains Nasional (OSN). Pas OSN itu, ketertarikan saya, keingintahuan saya makin besar. Dan saya jadi rajin cari tahu apa saja yang ada dalam sains salah satunya vaksin," Kata dia.

Baca juga: Mahasiswa, Ketahui Profesi Paling Bersinar 5 Tahun ke Depan

Indra mengaku tidak pernah menyangka akan menjadi peneliti vaksin, apalagi terkait penyakit pandemi seperti Covid-19. Pada saat memilih jurusan S1 di tahun 2009, ia sebenarnya lebih tertarik menekuni dunia perminyakan.

Kendati fokus di sektor energi semasa S2, Indra sebenarnya sudah mulai mengembangkan ketertarikan pada sektor terapan mikrobiologi dalam dunia medis. Ketertarikannya terutama terkait ilmu bioteknologi pada pengembangan vaksin.

Kata Indra, menjadi peneliti dalam bidang sains artinya harus mau terus mencari ilmu dan mendalaminya. Karena perkembangan ilmu saat ini cukup beragam dan saling berkaitan.

"Karena itu, hingga saat ini pun saya masih terus belajar. Terkait vaksin, ya tentunya saya belajar terus karena ilmu itu berkembang kapanpun," Jelasnya. 

2. Terus konsisten

Indra mengatakan, untuk bisa mendalami atau mempelajari satu hal seseorang harus konsisten dan harus memanfaatkan waktu dan ilmu yang ada.

Baca juga: 10 Perguruan Tinggi Tertua di Indonesia, Ada Kampus Kamu?

Indra akhirnya mencoba mewujudkan keinginannya untuk berkecimpung di sektor tersebut saat mencari pekerjaan. Ia berhasil diterima di perusahaan vaksin Bio Farma, di mana ia mengembangkan kariernya sebagai Product Development Specialist.

Dalam perusahaan inilah Indra pertama kali memperoleh pengalaman bekerja dengan virus. Ia terlibat dalam riset sekaligus pengembangan vaksin rotavirus dan novel polio.

Pengalaman di proyek riset dan pengembangan vaksin menginspirasi Indra untuk melanjutkan studi doktoral di bidang yang sama. “Walaupun mendapatkan keterampilan kerja di lab, saya masih merasa perlu menggali pengetahuan lebih dalam,” ucapnya. Oleh karena itu, ia memberanikan diri mendaftar program S3.

Pada proses pendaftaran, Indra berkonsultasi dengan pimpinannya di Bio Farma. “Waktu itu saya tertarik dengan HIV. Namun ketika baca-baca tentang malaria, saya jadi tahu bahwa teknologi pengembangan vaksin malaria ternyata bisa diaplikasikan di bidang lain, sehingga sangat bermanfaat untuk pengembangan vaksin-vaksin penyakit lain,” jelasnya. 

Memang, riset soal vaksin malaria di Indonesia masih jarang. Oleh karena itu, akan menjadi kesempatan besar baginya untuk terjun dan menjadi ahli di bidang ini.

Baca juga: 5 Negara dengan Populasi Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

3. Mencari beasiswa untuk pendidikan

Saat ini, beasiswa untuk melanjutkan studi di kampus lain baik dalam dan luar negeri cukup beragam. Jadi, siapapun yang memang serius ingin mencari ilmu namun terbatas dalam hal biaya, jangan ragu untuk mendaftar beasiswa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com