Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Begini Perjuangan Kepala Sekolah SD Mewujudkan Sekolah Ramah Anak

Kompas.com - 05/07/2020, 07:30 WIB
Maria Arimbi Haryas Prabawanti,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kepala SD Negeri 9 Masohi, Maluku Tengah, Mariance Wila Dida mengatakan ada banyak tantangan untuk mewujudkan sekolah ramah anak. Pasalnya tidak semua guru ikhlas melakukannya.

“Dari sekian guru yang ada cuma ada tiga guru yang mau bergerak, tapi saya tetap berjuang dan berkoordinasi dengan para guru lainnya,” katanya, dalam zoom webinar peluncuran "Merdeka Belajar Episode 5 : Guru Penggerak, Jumat (03/07/2020).

Ia mengatakan guru yang tidak mau mewujudkan program tersebut akan diberikan surat tugas untuk mengikuti sosialisasi mengenai sekolah ramah anak.

“Saya juga selalu membangun hubungan guru – guru agar bisa mengedukasikan tentang sekolah ramah anak,” katanya.

Baca juga: Kemendikbud: Pelatihan PembaTIK Level 1 bagi Guru Kembali Dibuka

Selain itu, Mariance juga melakukan upaya lain untuk mewujudkan sekolah ramah anak dengan selalu berkoordinasi ke dinas Pendidikan dan mendatangkan fasilitator.

Menurut dia, adanya sekolah layak atau ramah anak dapat bermanfaat besar bagi kepala sekolah, guru, siswa dan orangtua.

Ia mengungkapkan, manfaat bagi kepala sekolah adalah dapat lebih meningkatkan kesabaran dalam menghadapi siswa, guru dan orangtua yang memiliki berbagai karakter.

“Bagi guru juga tidak terlalu lelah dalam mengajar karena sudah bergeser konsep berpikirnya. Dari yang dulu harus memukul meja, sekarang sudah bisa menyampaikan informasi dengan berpusat kepada siswa,” kata Mariance.

Baca juga: Orangtua, Ini Buku Saku Panduan Tahun Ajaran Baru dari Kemendikbud

Sementara itu, bagi siswa sendiri, menurut dia, menjadi lebih nyaman dan dapat berkomunikasi lebih baik dengan guru.

Oleh karenanya, Mariance pun optimis dapat mewujudkan sekolah layak anak di SDN 9 Masohi dengan niat yang tulus.

Pola mendidik anak dari keluarga berfinansial kurang mampu

Pada kesempatan yang sama, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bali Mandara, Nyoman Darta mengungkapkan, tidak mudah membina dan mendidik anak yang berasal dari keluarga berfinansial kurang mampu .

Baca juga: Sambut Tahun Ajaran Baru saat Pandemi, Kemendikbud Luncurkan Seri Webinar

Sebagai informasi, siswa yang bersekolah di SMAN 1 Bali Mandara 100 persen berasal dari keluarga yang kurang mampu secara finansial.

“Mereka sebagaian besar broken home, pemalu, dan bahkan belum pernah punya fasilitas untuk belajar,” katanya.

Terkait hal itu, ia mengungkapkan, langkah pertama yang dilakukan yakni dengan mengajak siswa untuk bermimpi dan memiliki cita-cita.

“Seluruh siswa kami kumpulkan didampingi guru - guru pembina lalu diminta untuk menuliskan cita-citanya dalam secarik kertas,” kata Nyoman.

Baca juga: Usai Audiensi, Massa Aksi Protes PPDB DKI di Kemendikbud Membubarkan Diri

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com