KOMPAS.com - Disinformasi mengenai penyebab gempa di Turkiye dan Suriah beredar di media sosial.
Narasi yang disebar, bencana itu terjadi karena serangan sistemik untuk melawan orang-orang Kurdi.
Narasi itu ditemukan di akun Instagram ini, Facebook ini, ini, dan ini. Sebagian besar menyertakan tangkapan layar unggahan Truth, media sosial yang didirikan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Berikut narasi salah satu akun yang diunggah pada Selasa (7/2/2023) dalam terjemahan bahasa Indonesia:
Menurut sumber langsung yang saya miliki di Istanbul, Turkiye "gempa bumi" ini merupakan serangan sistemik terhadap orang-orang Kurdi yang anti-Islam. Ini adalah tahun pemilu dan Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak ingin kehilangan kekuasaan. Kota-kota yang terkena dampak "gempa bumi" adalah wilayah utama Kurdi: Gaziantep, Antakya, Diyarbakir, Urfa, Kahramanmaras, Tunceli, dan Iskenderun. Saluran gas dan jalan hancur — tidak ada yang bisa masuk; mereka tidak mengizinkan pengiriman Kargo atau DHS atau ambulans. Orang ini memperingatkan agar tidak memberikan uang apa pun kepada Elon Musk atau kelompok besar saat ini karena uang yang disumbangkan akan masuk ke Turkiye dan pemerintah, bukan ke Kurdi.
Narasi itu bahkan memuat propaganda yang menggiring orang-orang agar tidak memberi donasi kepada korban bencana.
Dikutip dari Politifact, Senin (6/2/2023), Kurdi merupakan salah satu masyarakat adat di Timur Tengah yang sebagian besar menganut Islam Sunni.
Menurut laporan New York Times, pada 2014, koalisi internasional yang dipimpin oleh AS bermitra dengan pasukan Kurdi untuk melawan kebangkitan kelompok teroris dan ISIS di Suriah.
Sementara di Turkiye, kelompok ekstremis yang juga melibatkan orang Kurdi telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah, termasuk di masa kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Salah satu tujuan pemberontakannya adalah memperjuangkan kemerdekaan atas orang-orang Kurdi.
Kendati demikian, semua pergulatan politik dalam dan luar negeri tersebut tidak membenarkan klaim bahwa gempa yang terjadi adalah serangan buatan manusia.
Gempa bumi pada Senin (6/2/2023) yang melanda wilayah Turkiye dan Suriah telah menelan 20.000 korban jiwa dan diperkirakan masih terus bertambah.
Menurut Survei Geologi AS (USGS), gempa berkekuatan M 7,8 berlangsung selama sekitar 75 detik, seperti dikutip dari Washington Post, Selasa (7/2/2023).
Muncul gempa susulan berkekuatan M 7,5 dalam kurun kurang dari sembilan jam dan gempa susulan lainnya.
Kendati demikian, gempa berkekuatan M 7,8 dan M 7,5 terjadi di dua patahan berbeda.