Gempa bermagnitudo 7,8 dipicu oleh dua patahan yang bergerak menyamping terhadap satu sama lain, atau sebuah strike slip.
Pergeseran yang terjadi akibat tekanan kuat dan terus terakumulasi hingga batas tertentu ini kemudian memicu gempa lainnya berkekuatan M 7,5 di sesar berbeda.
"Gempa susulan tidak harus berada di patahan asli, tetapi karena gempa kedua mendekati gempa pertama, gempa ini menonjol dan bukan gempa susulan biasa," ujar seismolog Judith Hubbard.
Dari data seismograf yang tercatat di berbagai negara, serta analisis USGS, gempa di Turkiye merupakan bencana alam.
Tidak ditemukan adanya campur tangan manusia atau kubu politik tertentu atas penyebab terjadinya bencana tersebut.
Ahli geofisika sekaligus juru bicara USGS, Lisa Wald menjelaskan, gempa yang terjadi di Turkiye merupakan gempa tektonik. Pusat gempa merupakan wilayah yang rawan.
Dia menjelaskan, gempa terjadi akibat lempeng-lempeng yang ujung-ujungnya terkunci bergerak lambat dalam waktu yang lama.
Aktivitas itu membuat lempeng mengalami gesekan dan ujung-ujung lempeng bergeser.
"Daerah yang sangat aktif secara seismik karena berada di wilayah batas lempeng dari tiga lempeng tektonik yang berbeda," ujarnya, dilansir Politifact.
Adapun tiga lempeng tektonik bertemu di wilayah Turki, yakni lempeng Arab, Anatolia, dan Afrika.
Seismolog di National Earthquake Information Center Colorado, Yaareb Altaweel mengatakan, ketika bersinggungan, lempeng tersebut menghasilkan gesekan dan tekanan yang dilepaskan sebagai gempa bumi.
Manusia memang dapat memicu gempa, tetapi tidak sebesar yang terjadi di Turkiye belakangan.
Gempa yang dibuat manusia melibatkan aktivitas pertambangan permukaan hingga bawah tanah, serta injeksi cairan ke dalam formasi bawah tanah.
Narasi mengenai gempa yang terjadi adalah serangan sistemik merupakan disinformasi yang menyesatkan.
Disinformasi semacam itu berbahaya karena dapat menghalangi penyaluran bantuan kepada para korban, baik berupa dana maupun dukungan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.