KOMPAS.com - Pada 13 Juli 100 SM, lahir seorang tokoh besar Kekaisaran Romawi, Julius Caesar. Ia dikenal sebagai politisi dan pemimpin militer yang menaklukkan sejumlah wilayah untuk perluasan kekuasaan Romawi.
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa Julius Caesar mampu memenangkan perang saudara hingga menjadikannya sebagai seorang penguasa yang disegani dalam sejarah Romawi.
Caesar memulai reformasi besar-besaran terhadap masyarakat dan pemerintah Romawi. Ia pun menyatakan dirinya sebagai diktator seumur hidup,
Dilansir dari History Caesar lahir dari keluarga bangsawan Romawi, ketika berumur 16 tahun ia harus kehilangan ayahnya yang meninggal, saat tengah terjadi perang saudara antara pamannya Marius dan penguasa Romawi Lucius Cornelius Sulla.
Pada 84 SM, ia menikahi Cornelia, putri sekutu Marius. Caesar dan Cornelia memiliki seorang putri bernama Julia.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pembunuhan Julius Caesar
Pada 82 SM, Sulla memenangkan perang saudara dan memerintahkan Caesar untuk menceraikan Cornelia. Caesar menolak. Sulla pun melucuti harta warisan Caesar.
Julius Caesar meninggalkan Roma dan bergabung dengan pasukan militer. Atas keberaniannya di Pengepungan Mytilene pada tahun 80 SM Caesar lantas menerima penghargaan
Civic Crown.
Usai kematian Sulla pada tahun 78 SM, Caesar kembali ke Roma dan menjadi jaksa sukses yang dikenal luas karena keterampilan pidatonya.
Di Roma, Caesar mulai bersekutu dengan Gnaeus Pompey Magnus, seorang pemimpin militer dan politik yang kuat serta Marcus Licinius Crassus yang dikenal sebagai orang terkaya di Roma.
Pada 65 SM, Caesar menjadi aedile, seorang hakim Romawi yang penting. Selama menjabat posisi itu ia menghasilkan permainan mewah di Circus Maximus yang membuatnya disayangi publik tetapi membuat ia berutang banyak.
Satu tahun kemudian, Caesar menjadi gubernur Spanyol. Serangkaian manuver militer dan politik sukses dilakukan bersama Pompey dan Crassus. Berkat mereka, Caesar terpilih sebagai konsul senior Romawi pada 59 SM.
Julius Caesar, Crassus, dan Pompey segera membentuk aliansi informal. Persatuan itu membuat takut senat Romawi yang tahu bahwa kemitraan antara tiga orang kuat tersebut pasti tidak akan terbendung. Maka benar, ketiganya akhirnya dapat segera menguasai Roma.
Baca juga: Brasil Bangun Konsep Wisata Sejarah, Telusuri Jalur Kuno Tembusan Samudra Atlantik-Pasifik