KOMPAS.com - Manifesto komunisme mulai diserukan secara terbuka oleh ekonom dan filsuf Jerman bernama Karl Marx dan Friedrich Engels, dengan melibatkan kaum buruh, sejak 21 Februari 1848.
Dilansir dari History.com, motonya yang berbunyi "pekerja dunia, bersatu!" segera menjadi seruan, yang mengiringi aksi pemberontakan kaum buruh terhadap kapitalisme.
Komunisme dipahami sebagai ideologi politik dan ekonomi yang menciptakan masyarakat tanpa kelas, di mana segala sesuatu dibagi secara merata.
Hampir 80 tahun setelahnya, Vladimir Lenin kemudian membentuk Uni Soviet (sekarang Rusia) dan mengubahnya menjadi pemerintahan komunis pertama di dunia, serta menyingkirkan pihak-pihak yang menentang.
Penganut ideologi ini berupaya terus memperluas pengaruhnya. Sejak 1940 sampai 1979 sejumlah negara secara paksa atau tidak, pernah menggunakan ideologi tersebut.
Baca juga: Mengenang Berakhirnya Perang Tank Terbesar di Dunia, Jerman Pun Mundur
Negara itu adalah Estonia, Latvia, Lithuania, Yugoslavia, Polandia, Albania, Bulgaria, Rumania, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Tibet, Guinea, Yaman, Kenya, Sudan, Kongo, Burma, Angola, Benin, Tanjung Verde, Laos, Kampuchea, Madagaskar, Mozambik, Somalia, Seychelles, Afghanistan, Grenada, Nikaragua, dan lainnya.
Beberapa tetap menganut ideologi itu sampai saat ini dengan berbagai penyesuaian, seperti China, Korea Utara, Vietnam, dan Kuba.
China menjadi negara penganut komunisme setelah terinspirasi langkah Uni Soviet. Mereka mendirikan Partai Komunis China pada 1 Juli 1921.
Perdana Menteri Inggris Winston Churchill memperingatkan Amerika Serikat akan sikap Uni Soviet yang semakin memisahkan diri dari sekutu yang cenderung kapitalis pada 5 Maret 1946.
Adapun Uni Soviet berfokus pada perluasan ideologi komunisme ke berbagai negara. Padahal, dalam Perang Dunia (PD) II Uni Soviet dan sekutu bersama-sama memerangi Jerman Nazi yang berada di bawah kepemimpinan Adolf Hitler.
Baca juga: Mengenang Pembantaian Srebrenica yang Menewaskan 8.000 Muslim Bosnia...
Awalnya, China keberatan pada kebijakan dalam dan luar negeri Uni Soviet yang dianggap dapat mengurangi perkembangan penyebaran ideologi komunisme ke berbagai negara.
Langkah Uni Soviet yang berkompromi secara diplomatik dengan Amerika Serikat (AS), disebut China sebagai tren kontra-revolusioner.
Kedua negara pun melakukan pertemuan di Moskwa pada pertengahan 1963 untuk upaya merekatkan kembali kerja sama mereka dalam menyebarkan komunisme. Namun, upaya itu seakan tidak berhasil.