Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: 99,2 Persen Masyarakat Indonesia Sudah Miliki Antibodi Covid-19, Kapan Lepas Masker?

Kompas.com - 24/04/2022, 12:45 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Hasil sero survei atau penelitian antibodi tubuh terhadap virus menunjukkan 99,2 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi Covid-19.

Penelitian ini dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada Maret 2022 lalu.

Hasilnya, hampir seluruh masysarakat Indonesia sudah memiliki antibodi, baik antibodi yang berasal dari vaksinasi maupun infeksi.

Angka tersebut juga naik dari hasil sero survei pada Desember tahun lalu, yakni sekitar 88,6 persen.

“Bisa disampaikan bahwa kadar antibodi masyarakat Indonesia naik menjadi 99,2 persen,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers pada Senin (18/4/2022), dikutip dari laman Sekretariat Kabinet.

Budi kembali menyampaikan, dibanding pada Desember 2021, kadar antibodi masyarakat Indonesia per Maret lalu pun cukup tinggi, yakni 7.000-8.000 titer antibodi.

Artinya, jika terserang virus corona, daya tahan tubuh bisa dengan cepat mengatasi dan risiko terkena gejala Covid-19 pun menjadi berkurang.

“Di bulan Maret ini ordenya sudah di angka ribuan, sekitar 7.000-8.000. Ini menunjukkan, bukan hanya banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi tapi kadar antibodinya tinggi,” imbuh Budi.

Hasil survei sebagai dasar pelonggaran

Baca juga: Antibodi Covid Penduduk Pulau Jawa Meningkat 99,2 Persen, Apakah Sudah Bisa Jadi Endemi?

Ahli epidemiologi asal Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, hasil sero survei yang baru saja dirilis tidak secara pasti mewakili situasi sesungguhnya.

Meski demikian, secara ilmiah hasil survei tersebut bisa sedikit menggambarkan kondisi imunitas di suatu negara atau wilayah.

Dicky pun menyebut, ada dua kabar berkenaan dengan hasil sero survei pada Maret lalu itu.

Pertama, kabar baik bahwasannya imunitas masyarakat per Maret 2022 meningkat dibanding Desember 2021.

Angka tersebut menjadi dasar pelonggaran dengan tetap melakukan upaya pencegahan.

“Inilah yang saya bisa pahami mengapa pemerintah bisa melakukan atau mengizinkan mudik, dengan adanya modal seperti ini,” kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/4/2022).

Kedua, hasil survei tersebut tidak menjamin nihilnya lonjakan kasus, terutama saat ada varian baru.

“Sebagaimana hasil survei kaitan Covid-19 di beberapa negara lain, yang pada gilirannya ada varian baru tidak bisa menjamin 100 persen tidak akan ada lonjakan,” jelasnya.

Jangan euforia, tetap terapkan prokes

Baca juga: 99,2 Persen Masyarakat Sudah Memiliki Antibodi Covid-19, Bolehkah Lepas Masker?

Mengenai hasil sero survei, Dicky mengatakan untuk tidak terlalu larut dalam euforia hingga melonggarkan protokol kesehatan (prokes), termasuk melepas masker.

Pasalnya, imunitas terhadap Covid-19 tidak bersifat permanen.

Bahkan, lebih dari satu tahun pun belum ada data ilmiah yang membuktikan imunitas permanen terhadap virus corona.

“Kita tidak bisa euforia. Harus tetap berhati-hati, tetap waspada merespons data (sero survei) ini,” kata Dicky mewanti-wanti.

Meski data terakhir menunjukkan risiko lonjakan semakin kecil, akan tetapi bukan berarti nol. Sebab menurutnya, risiko menginfeksi dan terinfeksi masih tetap ada.

Ditambah, masih ada kurang dari 1 persen masyarakat yang belum memiliki antibodi Covid-19. Dicky menebak, kelompok tersebut adalah anak di bawah 5 tahun dan lansia.

“Oleh karena itu, harus tetap ada sikap kehati-hatian dalam mencegah peningkatan kasus. Bicara konteks Indonesia, 1 persen Indonesia itu sudah jutaan. (1 persen) ini artinya sudah mengerucut pada kelompok yang paling rawan,” terang dia.

Dicky melanjutkan, 99,2 persen antibodi yang tercipta adalah akibat vaksinasi dan infeksi. Untuk itu, program vaksinasi harus tetap digencarkan agar mayoritas antibodi yang terbentuk disebabkan vaksin Covid-19, dan bukan infeksi.

“Saya lebih meletakkan dasar imunitas ini pada upaya yang berbasis vaksinasi bukan terinfeksi. Oleh karena itu, akselerasi booster dan dosis dua tentu harus dijaga ya, jangan sampai terjadi euforia akibat adanya rilis data yang seperti ini,” kata Dicky.

(Sumber: Kompas.com Penulis Diva Lufiana Putri | Editor Sari Hardiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com