KOMPAS.com - Tempe adalah pangan tradisional indigenous Indonesia yang dihasilkan dari fermentasi kedelai oleh kapang Rhizopus sp., dominannya adalah Rhizopus oligosporus.
Tempe juga salah satu panganan khas Indonesia yang paling mudah dicari di pasaran dan digemari masyarakat.
Sebagai informasi, kapang yang tumbuh akan membentuk hifa, yaitu benang putih yang menyelimuti permukaan biji kedelai dan membentuk jalinan misellium, sehingga strukturnya kompak dan tekstur padat.
Sri Widowati dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian mengatakan, selain tempe menjadi panganan yang mudah dicari, mudah dikelola, enak rasa, panganan pokok yang satu ini juga memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan tubuh.
Berikut ini khasiat tempe yang jarang diketahui banyak orang:
Komponen bioaktif saponin ternyata tidak hanya memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol plasma, memiliki aktivitas antioksidan, tetapi juga memiliki kemampuan antikarsinogenik serta mencegah HIV.
Baca juga: Resep Oseng Tahu Tempe Kecap, Lauk Sahur Antiribet
“Komponen bioaktif ini mermiliki kemampuan antivirus (HIV) meskipun belum ada penelitian khusus terkait virus corona,” jelasnya.
Dari berbagai penelitian diketahui bahwa Saponin memang telah terbukti dapat meningkatkan status gizi dan sistem imunitas pada pasien HIV/AIDS.
Hal ini menjadi penting bagi pasien dengan HIV/AIDS karena umumnya kurangnya asupan zat gizi pada pasien HIV/AIDS dapat menyebabkan penurunan status gizi dan imunodeficiency.
Komponen bioaktif pertama yang ditemukan terkandung dalam tempe adalah Isoflavon.
“Isoflavon merupakan kompnen aktif pada kedelai dan mempunyai sifat antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas,” kata Sri dikutip dari Buku Saku Bahan Pangan Potensial untuk Antivirus dan Imun Booster oleh Kementerian Pertanian 2020.
Sri menjelaskan, proses fermentasi kedelai menjadi tempe dapat membantu mengaktifkan komponen isoflavon dari bentuk glikon ke bentuk aglikon.
Dengan aktifnya bentuk aglikon ini membuat bioaktif isoflavon lebih mudah diserap oleh tubuh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para penelitia, didapatkan bahwa kapasitas antioksidan tempe berkisar antara 186-191 mg AEAC/kg tempe.
Dalam produk tempe ada kandungan Saponin yang dikenal dengan soyasaponin dan soyasapogenol.
Dijelaskan Sri, Soyaponin ini memiliki aktivitas hipokolesterolemik yang membantu menurunkan kadar kolesterol plasma.
Baca juga: 6 Manfaat Tempe, Turunkan Kolesterol dan Diabetes hingga Antivirus HIV
Protein kedelai memiliki fungsi fisiologis menurunkan kolesterol serum, lemak tubuh dan memperbaiki serum insulin, oleh karena itu produk kedelai, terutama tempe memiliki indeks glikemik rendah (<50).
Dengan kata lain, mengonsumsi tempe dapat menurunkan risiko penyakit diabetes mellitus.
Komponen antimikroba pada tempe berperan mencegah dan menyembuhkan diare.
Hal ini terjadi karena antimikroba pada tempe mampu melepaskan bakteri penyebab diare pada sel epitel usus.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, tempe mengandung komponen bioaktif saponin.
Tempe mengandung saponin sekitar 1,93 mikromol/gram, sedangkan hemaglutinin dapat mengaktivasi sel T (limfosit) sehingga dapat meningkatkan imunitas tubuh.
Ternyata manfaat dari bioaktif isoflavon bukan hanya sebagai antioksidan saja, melainkan juga membupanyai fungsi fisiologi yakni sebagai antikanker.
Antikanker juga sering disebut sebagai obat sitostatika, yang umumnya digunakan untuk membunuh atau menghambat mekanisme proliferasi sel kanker.
Antioksidan isoflavon, saponin, fitosterol dan asam fitat pada tempe memiliki fungsi sebagai antikanker.
Baca juga: 3 Resep Varian Kering Tempe Mudah dan Praktis, Bisa Jadi Stok Sahur
Sri mengatakan, tidak ada takaran khusus untuk mengonsumsi tempe, namun untuk mendapatkan manfaat yang optimun, dapat mengonsumsi 2-3 potong, atau sekitar 50-75 gram tempe per hari.
Terkait, isu yang menyebutkan bahwa mengonsumsi olahan tempe dapat meningkatkan kadar asam urat darah.
Sri menegaskan bahwa sampai saat ini, dari hasil berbagai studi epidemiologi menunjukkan belum ada bukti bahwa mengonsumsi produk olahan kedelai seperti yang banyak dilakukan oleh masyarakat di Asia menyebabkan meningkatnya kadar asam urat pada serum darah.
(Sumber: Kompas.com Penulis Ellyvon Pranita | Editor Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.