Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Peran NATO dalam Konflik Rusia VS Ukraina, Ini 5 Faktanya

Kompas.com - 27/02/2022, 19:40 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengalami kebuntuan dalam konflik Rusia-Ukraina.

Hal ini karena Moskwa menginginkan agar NATO menjamin bekas negara Soviet, dilarang secara permanen bergabung dengan aliansi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan agar NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa Timur, dan menyalahkan aliansi itu karena merusak keamanan di kawasan.

Akan tetapi para pemimpin Barat telah menolak tuntutan tersebut.

Mereka berpendapat Kremlin tidak dapat diizinkan untuk secara efektif memveto keputusan kebijakan luar negeri Kiev dan membela "kebijakan pintu terbuka" NATO, yang memberikan hak kepada negara Eropa mana pun untuk meminta bergabung.

Di tengah kebuntuan, berikut adalah lima hal yang perlu Anda ketahui tentang NATO:

Apa dan mengapa NATO dibentuk?

Baca juga: Apa itu NATO dan Bagaimana Perannya dalam Konflik Rusia Ukraina?

NATO didirikan pada 1949, setelah Perang Dunia II. Aliansi tersebut awalnya merupakan bagian dari upaya AS dan sekutu Eropanya untuk menghalangi perluasan Uni Soviet (USSR).

Saat itu, dan mengurangi kemungkinan konflik di benua itu dengan mendorong integrasi politik yang lebih besar di antara negara terkuatnya.

Dalam beberapa dekade sejak itu, NATO terus memperluas orbitnya, membawa sejumlah negara Eropa tengah dan timur ke dalam jajarannya setelah Uni Soviet runtuh.

Perluasan ini telah mengganggu Moskwa, yang waspada terhadap aliansi yang bermarkas di Brussel, semakin mendekati perbatasannya dan mengepungnya dari Barat.

Daftar negara yang menjadi anggota NATO

Anggota NATO terdiri dari 30 negara diantaranya Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Inggris, dan AS adalah anggota pendirinya.

Negara anggota terbaru adalah Makedonia Utara, yang bergabung pada 2020. Ada pula tiga negara mitra yang disebut - Ukraina, Bosnia dan Herzegovina dan Georgia - telah menyatakan aspirasi mereka untuk menjadi bagian dari aliansi.

Baca juga: Sejarah Hubungan Ukraina dengan NATO

Mereka mengatakan tujuannya adalah "untuk menjamin kebebasan dan keamanan anggotanya melalui cara politik dan militer".

Alasan Ukraina ingin bergabung dengan NATO

Ukraina telah berulang kali menyatakan niatnya untuk menjadi negara anggota NATO – sebuah tujuan yang tertulis dalam konstitusi negara.

Bergabung dengan aliansi akan meningkatkan kekuatan pertahanan Ukraina, karena “prinsip pertahanan kolektif NATO”.

Prinsip itu – yang ditetapkan oleh Pasal 5 dalam perjanjian pendirian NATO – berarti serangan terhadap satu sekutu dianggap sebagai serangan terhadap semua sekutu, dan anggotanya berkomitmen untuk melindungi satu sama lain.

Peran NATO dalam dukungan ke Ukraina

Pada 2008, para pemimpin NATO berjanji kepada Ukraina bahwa suatu hari akan memberikan kesempatan untuk bergabung dengan aliansi tersebut.

Tetapi meskipun kerja sama yang semakin dalam di tahun-tahun sejak itu, diperkirakan kecil kemungkinan hal itu terjadi dalam waktu dekat.

Kekuatan Barat belum yakin bahwa Kiev telah melakukan cukup banyak upaya untuk memberantas korupsi dan memenuhi kriteria politik, ekonomi, dan militer lainnya yang diperlukan untuk memasuki aliansi tersebut, sebagaimana ditetapkan dalam Studi tentang Perluasan 1995.

Baca juga: NATO Aktifkan Pasukan, Respons Serangan Rusia Ke Ukraina

Melansir Al Jazeera, Anggota NATO mungkin juga mewaspadai Ukraina bergabung dalam aliansinya sementara ketegangan dengan Moskwa tetap tinggi.

Langkah itu disadari dapat menarik aliansi ke dalam konflik langsung dengan Rusia jika meluncurkan serangan, setirit prinsip pertahanan kolektifnya.

Pada Senin (20/2/2022), Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan masalah keanggotaan Ukraina "tidak ada dalam agenda" pembahasan setelah pembicaraan dengan Volodymyr Zelenskyy di Kiev, meskipun presiden Ukraina menyatakan kembali ambisi keanggotaan negaranya.

Semua 30 sekutu NATO harus dengan suara bulat menyetujui negara baru menjadi bagian dari aliansi.

Apa permasalahan antara Rusia dan NATO?

Putin mengatakan sekarang saatnya gelombang ekspansi NATO dilawan dan mendesak aliansi menjamin bahwa Ukraina tidak akan pernah diizinkan menjadi anggota.

Menurutnya, Barat telah mengkhianati Moskwa dengan melanggar komitmen verbal yang dibuat pada akhir Perang Dingin, bahwa NATO tidak akan memperluas ke timur.

Aliansi menyangkal bahwa janji semacam itu dibuat. Dalam unjuk kekuatan, Rusia telah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di sekitar perbatasan Ukraina dan mengirimkan tuntutan keamanan ke Washington dan NATO.

Sebagai tanggapan, aliansi tersebut (AS dan sekutu Eropanya) telah berebut untuk bernegosiasi dengan Moskwa dan meredakan situasi.

Tapi upaya diplomasi tingkat tinggi membuahkan sedikit keberhasilan. Washington dan NATO menolak tuntutan utama Kremlin.

Sementara Rusia menolak mengalah atas permintaannya agar aliansi itu menghentikan semua aktivitas militer di Eropa Timur dan Ukraina dilarang menjadi anggota.

Ketika ketegangan terus meningkat, para pemimpin Barat, termasuk Presiden AS Joe Biden, mengklaim tidak akan mengirim pasukan untuk mempertahankan Ukraina jika terjadi invasi Rusia.

Baca juga: Tanggapi Perang Rusia vs Ukraina, NATO Kirim 100 Jet Tempur

Tetapi beberapa sekutu Kiev di NATO, dengan pengecualian Jerman, telah memasok senjata ke Kiev, saat negara itu meningkatkan persiapan untuk mengusir potensi serangan.

Sementara itu, NATO telah bergerak memperkuat sayap timurnya dengan pasukan tambahan dan alat-alat militer.

(Sumber: Kompas.com Penulis Bernadette Aderi Puspaningrum | Editor Bernadette Aderi Puspaningrum)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com