KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut ada sejumlah daerah yang berpotensi tinggi alami banjir di bulan Maret 2022 mendatang. Daerah-daerah tersebut tersebar di 5 provinsi di Indonesia.
Pembuatan prakiraan potensi banjir ini merupakan hasil kerjasama BMKG dengan Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Badan Informasi Geospasial (BIG).
Dalam hal ini BMKG bertindak sebagai penyedia informasi Prakiraan Hujan Bulanan, PSDA PUPR menyediakan Daerah Rawan Banjir, sementara BIG menyiapkan peta dasar (RSI, Sistem Lahan dan Lahan Cover).
Baca juga: BMKG Ingatkan 5 Provinsi Berpotensi Tinggi Banjir di Bulan Maret 2022
Kelima provinsi yang berpotensi tinggi alami banjir adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Provinsi Papua.
Berikut adalah rinciannya.
Daerah di Jawa Barat yang berpotensi tinggi banjir pada bulan Maret 2022 yaitu:
Untuk di provinsi Jawa Tengah, ada cukup banyak daerah yang diprakirakan berpotensi terjadi banjir, di antaranya sebagai berikut:
Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Membeli Rumah di Area Rawan Banjir
Selanjutnya di provinsi Kalimantan Timur, daerah yang berpotensi alami banjir adalah:
Untuk di provinsi Sulawesi Selatan, potensi banjir diprakirakan bisa terjadi daerah-daerah sebagai berikut:
Provinsi terakhir yang berpotensi tinggi terjadi Papua yaitu di Kabupaten Mimika, di antaranya berpeluang terjadi di kecamatan berikut:
Terkait potensi banjir ini, peneliti Pusat Penelitian Limnologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), M Fakhrudin pernah mengatakan, bencana banjir sebenarnya dapat diminimalisir atau dimitigasi dengan mengendalikan faktor-faktor pemicu banjir yang terjadi sesuai dengan wilayahnya.
Baca juga: Banten Rawan Gempa Bumi dan Tsunami, Ini Catatan Antisipasinya dari BMKG
Ia menambahkan, banjir pada umumnya dipicu oleh empat faktor yakni curah hujan, kondisi tutupan lahan, sistem drainase, dan faktor pasang di laut.
Karena itu, penting bagi pemerintah daerah setempat untuk mengevaluasi lebih lanjut faktor apa yang menjadi pemicu utama jika terjadi banjir di daerahnya.
"Misalnya kalau bicara tutupan lahan, maka bagaimana luasan dan vegetasi hutan itu tetap terjaga," tegas Fakhrudin dalam pemberitaan Kompas.com, edisi 4 Desember 2020.
Kemudian untuk di daerah perumahan, mitigasi dapat dilakukan dengan mengupayakan semaksimal mungkin cara meresapkan air hujan ke permukaan tanah, misalnya dengan sumur resapan atau menampung air hujan di situ atau kolam-kolam dalam perumahan.
Sedangkan untuk mitigasi bencana longsor, dapat dilakukan dengan cara menghindari daerah-daerah yang rawan longsor seperti area lereng tinggi, tanaman tahunan sedikit dan kondisi tanah yang rapuh.
Upaya pencegahan lainnya juga bisa dilakukan dengan cara memperbanyak tanaman-tanaman yang mempunyai sistem perakaran dalam dan kuat
(Sumber:Kompas.com/Ellyvon Pranita | Editor: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.