KOMPAS.com -Digital bounty atau sayembara mencari pelaku secara digital kini cukup sering kita temui di media sosial.
Seperti tindakan main hakim sendiri terhadap maling ayam, kini digital bounty atau vigilantism pun semakin marak.
Jika di dunia nyata kita berlari mengejar si maling. Memburu pelaku secara digital dilakukan dengan doxing.
Bahkan bukan tidak mungkin melacak kediaman pelaku dan mendatanginya. Ini hanya merupakan dampak aktivitas di permukaan.
Namun ada dampak yang abadi dan signifikan yang terjadi. Mulai dari dampak psikis karena nama atau kasus menjadi viral.
Juga secara sosial-ekonomi, jejak digital seperti nama, foto, alamat, sampai nomor telepon membuat pelaku "dipenjara" atas kasusnya seumur hidup.
Baca juga: Warga Cilincing Jadi Korban Doxing Pinjaman Online, Polisi Periksa Saksi
Pelaku distigma selamanya atas perilakunya di mata publik. Pelaku pun mungkin urung melamar kerja jika bagian HRD mengecek jejak digital dirinya.
Perburuan secara siber yang cukup terkenal pernah terjadi pada 2006 di Tiongkok.
Perburuan ini dimula dengan beredarnya video online yang menunjukkan seorang wanita membunuh anak kucing dengan sepatu hak tingginya.
Netizen yang marah memposting foto pelaku wanita secara online.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.