KOMPAS.com - Ketua GP Ansor, Rahmat Hidayat Pulungan mengatakan organisasi Islam Nahdlatul Ulama memerlukan banyak terobosan dalam bidang pendidikan dan sumber daya manusia.
Sebab, hingga saat ini bidang-bidang tersebut masih ketinggalan di kalangan NU.
Rahmat pun membeberkan sejumlah kekurangan dalam bidang pendidikan di dalam NU sendiri, terutama dalam hal kualitasnya.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukannya bahwa NU memiliki 7.462 sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMK dan SMA. Namun di antara sekolah itu, tidak ada satu pun yang memiliki peringkat 100 besar.
Selain itu, NU juga memiliki 44 kampus yang berdiri di bawah naungan NU. Namun nasibnya sama, tidak ada yang masuk peringkat 100 besar.
"Untuk kampus yang terkreditasi A pun hanya satu, dan itu-itu saja, yakni Universitas Islam Malang (Unisma)," kata Rahmat kepada Kompas.com via sambungan WhatsApp, Senin (19/12/2021).
Baca juga: Pemerintah Gelar Rakor Persiapan Muktamar NU, Dipimpin Menko Airlangga
Dalam bidang kesehatan pun, lanjut Rahmat, NU masih ketinggalan dalam hal kualitasnya.
Ia menyebutkan, NU memiliki sekitar 43 rumah sakit, namun tidak memiliki fasilitas dan layanan kesehatan yang lengkap.
"Rumah sakit di bawah naungan NU memang sebanyak 43 unit. Namun tidak termasuk rumah sakit fasilitas dan layanan kesehatan lengkap," katanya.
Pun terkait dengan sumber daya manusia (SDM). Menurut Rahmat, cendekiawan yang dilahirkan dari NU hanya di bidang itu-itu saja.
Kualitas pendidikan, kesehatan dan SDM yang kurang, kata dia, berdampak pada kesejahteraan warga nahdliyin.
Ia menyebutkan, mayoritas orang muslim Indonesia yang miskin adalah warga NU. Sementara di sisi lain sebanyak 59,7 persen orang muslim kelas menengah dekat dengan NU.
"Oleh karena itu, tranformasi organisasi itu penting untuk mengubah warga NU agar lebih baik dalam segala bidang. NU perlu berbenah total," tandas kader muda NU ini.
Menyinggung soal Muktamar ke-34 NU, Rahmat menyindir orang-orang yang bernafsu ingin menjadi pengurus. Namun setelah menjadi pengurus, mereka malah tidak mau mengurusinya.
"Ini kalau muktamar atau konferwil, konfercab semuanya nafsu jadi pengurus, setelah jadi, boro-boro mau ngurus organisasi, yang ada malah minta diurus," kata pria yang akrab disapa Bang Ucok ini.