Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Perempuan Memaksa Minta Sedekah ke Warga di Sukabumi, Ini Kata Sosiolog

Kompas.com - 24/04/2024, 11:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Bertindak secara rasional instrumental

Terpisah, Sosiolog Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho menilai, perempuan tersebut bertindak secara rasional instrumental.

“Rasional instrumental itu adalah pola pikir seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai tujuan,” kata Wahyu saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Sehingga menurut Wahyu, tindakan meminta-minta dengan cara memaksa ini adalah cara yang paling efisien dan efektif untuk mencapai tujuannya bagi perempuan tersebut, yakni uang.

Namun, seringkali pola pikir ini seringkali tidak manusiawi atau tidak sesuai nilai, baik bagi pelaku dan orang lain yang terdampak atau menjadi targetnya.

Biasanya jika seseorang sudah dalam kondisi terdesak, khususnya ekonomi, dia akan cenderung menggunakan rasional instrumental dan mengesampingkan pola pikir rasional lainnya.

“Misalkan ada yang namanya rasionalitas nilai, dalam konteks ini, kalau tidak memiliki uang, ada cara yang lebih baik seperti bekerja,” tuturnya.

“Namun jika meminta-minta, dengan cara yang baik dan sopan,” lanjutnya.

Menurut Wahyu, hal itu seharusnya ditangani oleh bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dinas sosial (dinsos) wilayah setempat.

Baca juga: Pengemis Bogor Punya Uang Rp 56 Juta dan Rumah Tingkat, Dirazia Dinsos Nekat Mengemis Lagi

Bukan karakter pengemis pada umumnya

Sementara sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono menuturkan bahwa perilaku ibu-ibu tersebut bukanlah karakteristik pengemis atau peminta-minta pada umumnya.

Sehingga menurutnya, hal tersebut bukan pola yang umum terjadi, namun hanya bersifat perorangan atau individual.

“Kayaknya dia di luar framing mengemis, atau meminta-minta. Jadi dia ini pribadi yang temperamental, atau memiliki masalah-masalah kejiwaan tertentu,” ungkap Drajat saat dihubungi Kompas.com, Senin.

“Atau dia ini punya latar belakang yang tidak kekurangan atau kecukupan selama ini. Namun karena suatu sebab, dia jadi ‘down’,” lanjutnya.

Sehingga ketika meminta-minta, akan merasa seperti orang-orang mengamati dia berlebihan dan berpandangan jika diberi uang dengan tidak ikhlas.

Umumnya, menurut Drajat, seorang pengemis akan memainkan peran yang disebut sebagai dramaturgi dalam sosiologi untuk mendapatkan belas kasih atau empati dari orang lain.

“Memainkan peran yang bisa dikasihani, bisa lebih lemah, lapar, lemas, tak berdaya, bisa menunjukkan tanda-tanda dia itu memang sangat membutuhkan,” terangnya.

Baca juga: Viral, Video Pengemis Gandeng Tuna Netra Saat Beraksi di Malioboro, Dinsos: Ada Sanksi di Perda jika Memberi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com