Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bibit dan Siklon Tropis Terus Bermunculan di Sekitar Indonesia? Ini Kata BMKG

Kompas.com - 22/03/2024, 08:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi kemunculan siklon tropis Neville yang berada di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Tengah.

Hal tersebut disampaikan BMKG melalui akun Instagram resminya @Infobmkg, Rabu (20/3/2024).

BMKG mengatakan bahwa siklon tropis tersebut berjarak sekitar 1.130 kilometer sebelah selatan Cilacap, Jawa Tengah.

Siklon tropis Neville menjadi siklon tropis kedua yang muncul di sekitar wilayah Indonesia pada Maret 2024.

Sebelumnya, BMKG mendeteksi siklon tropis Megan. Selain itu, BMKG juga menemukan bibit siklon tropis 91S, 94S, dan 93P beberapa hari terakhir.

Lantas, mengapa bibit siklon tropis dan siklon tropis terus bermunculan akhir-akhir ini?

Baca juga: Kata Ahli soal Gunung Muria Disebut Terpisah dari Pulau Jawa

Penjelasan BMKG

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, kemunculan bibit siklon tropis dan siklon tropis dengan jumlah lebih dari satu dan dalam waktu yang bersamaan ada kaitannya dengan perubahan iklim.

Dwikorita menjelaskan, bibit siklon tropis dan siklon tropis dalam 10 tahun terakhir muncul di zona yang tidak seharusnya terjadi.

Bibit siklon tropis dan siklon tropis, lanjut Dwikorita, seharusnya tidak muncul di 0-10 derajat lintang utara maupun selatan.

"Karena gaya coriolis akibat rotasi Bumi, siklon itu tidak akan bisa bertahan atau tumbuh di situ. Akan rusak atau punah. Akan membelok atau meninggalkan zona tersebut," jelas Dwikorita dalam konferensi pers daring, Kamis (14/3/2024).

"Salah satu ciri fakta bahwa perubahan iklim itu ada, antara lain adalah semakin seringnya terjadi fenomena ekstrem yang dulu-dulu seharusnya tidak terjadi," pungkas Dwikorita.

Baca juga: Diprediksi Mundur, Kapan Puncak Musim Kemarau 2024?

Proses terbentuknya bibit siklon tropis dan siklon tropis

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan bibit siklon tropis dan  siklon tropis terbentuk.

Pertama, bibit siklon tropis dan siklon tropis dapat terbentuk karena suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26,5 derajat Celcius hingga kedalaman 60 meter.

Bibit siklon tropis dan siklon tropis juga dapat terbentuk karena kondisi atmosfer yang tidak stabil sehingga memungkinkan awan Cumulonimbus terbentuk.

"Awan-awan ini yang merupakan awan-awan guntur dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat adalah penting dalam perkembangan siklon tropis," jelas Guswanto kepada Kompas.com, Kamis (21/3/2024).

Penyebab lainnya dari bibit siklon tropis dan siklon tropis, yakni:

  • Atmosfer yang relatif lembap di ketinggian sekitar 5 kilometer. Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon
  • Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 kilometer dari khatulistiwa. Meskipun memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator
  • Gangguan atmosfer di dekat permukaan Bumi berupa angin yang berpusar yang disertai dengan pumpunan angin
  • Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai guntur.

Baca juga: BMKG: 3 Bibit Siklon Tropis Terdeteksi, Ini Dampaknya bagi Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com