Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Pernah Diguyur Hujan Tanpa Henti Selama 2 Juta Tahun, Kapan Terjadi?

Kompas.com - 14/03/2024, 11:00 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan menemukan fakta bahwa Bumi pernah diguyur hujan tanpa henti selama 2 juta tahun yang dikenal dengan periode Pluvial Carnian.

Periode Pluvial Carnian atau yang dikenal dengan periode basah diperkirakan terjadi sekitar 232 juta tahun yang lalu.

Selain itu, peneliti memperkirakan hujan tanpa henti pada periode ini terjadi akibat peningkatan kelembapan yang sangat besar, dikutip dari IFL Science, Kamis (30/4/2023).

Ilmuwan juga menduga, kelembapan yang meningkat pesat itu kemungkinan terjadi karena letusan gunung berapi raksasa di Provinsi Beku Besar Wrangellia.

Baca juga: 3 Teori Terbentuknya Kehidupan Awal di Bumi, Berasal dari Luar Angkasa atau dari Lautan Dalam


Penemuan periode Pluvial Carnian

Pada 1970 hingga1980-an, ahli geologi mulai meneliti lapisan tidak biasa yang tersimpan di bebatuan kuno.

Di Pegunungan Alpen Timur, satu tim menyelidiki lapisan sedimentasi silisiklastik yang diendapkan dalam karbonat.

Sementara itu di Inggris, ahli geologi dan forensik Alastair Ruffell meneliti lapisan batuan abu-abu yang ditemukan di dalam batu merah terkenal yang ditemukan di kawasan tersebut.

Berdasarkan dua penelitian tersebut dan didorong riset lain, peneliti menyimpulkan bahwa sekitar 232 juta tahun yang lalu, Bumi mengalami masa kering dan mulai turun hujan.

Hal ini ditunjukkan oleh batu pasir abu-abu dan sedimen silisiklastik yang terendapkan dalam jangka waktu yang sangat lama.

Batuan jenis ini merupakan bukti bahwa tepat pada awal zaman dinosaurus, ketika jumlah dan keanekaragamannya meningkat pesat, terjadi periode basah luar biasa yang berlangsung selama 1-2 juta tahun.

Baca juga: Peneliti Akhirnya Tahu Bagaimana Kehidupan Awal di Bumi Terbentuk

Dugaan mengapa bumi pernah mengalami hujan tanpa henti

Letusan gunung berapi raksasa di Provinsi Beku Besar Wrangellia mencapai puncak letusan di era Carnian.

Gunung ini diperkirakan membentang dari Alaska tengah hingga selatan dan sepanjang pantai British Columbia, Amerika Latin.

Peneliti yang terlibat dalam penelitian tersebut, Jacopo Dal Corso mengatakan bahwa letusan gunung tersebut sangat besar sehingga mengeluarkan sejumlah besar gas rumah kaca seperti karbon dioksida yang memicu lonjakan pemanasan global.

Ketika lautan memanas selama periode ini, hasilnya ada lebih banyak uap air yang berada di atmosfer.

Efeknya, Bumi mempunyai lebih banyak monsun dan lebih banyak curah hujan di daratan meskipun lautan terasa panas.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the Geological Society menunjukkan bahwa periode basah ini merupakan periode yang sangat baik bagi dinosaurus yang belum punah.

Hal ini memungkinkan mereka melakukan diversifikasi setelah periode kacau yang ditandai dengan letusan gunung berapi yang terus-menerus, dikutip dari UNILAD, Selasa (5/3/2024).

Periode ini diperkirakan terjadi setelah punahnya tanaman dan herbivora utama di darat. Akibatnya, muncul berbagai jenis hewan yang membentuk fauna darat modern.

Saat periode basah, mulai muncul kelompok tetrapoda, yaitu sejenis lissamphibians, kura-kura, buaya, kadal, dan mamalia yang kita kenal sekarang ini.

Baca juga: 10 Fenomena Langit Maret 2024, Ada Hilal dan Asteroid Melintas Dekat Bumi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com