Para peneliti UCAR memanfaatkan kombinasi data penerbangan pesawat, pengamatan satelit, dan model cuaca untuk menjelaskan bagaimana awan terbentuk dan melacak berapa lama awan tersebut bertahan.
Pada 2010, para peneliti kemudian menemukan bahwa semakin dangkal sudut pesawat yang melewati awan, semakin besar cavum yang ditinggalkan.
Faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi panjang awan ini termasuk ketebalan lapisan awan, suhu udara, dan tingkat geseran angin horisontal, demikian dilaporkan para peneliti.
Analisis mereka menunjukkan, spektrum penuh jenis pesawat termasuk jet penumpang besar, jet regional, jet pribadi, jet militer, dan turboprop dapat menghasilkan awan kavum dan kanal.
Di sisi lain, mereka juga mencatat adanya lebih dari 1.000 penerbangan yang tiba di Bandara Internasional Miami setiap harinya.
Untuk itu, ada banyak kesempatan bagi pesawat untuk menemukan kondisi atmosfer yang dibutuhkan untuk menghasilkan awan kavum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.