Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Indonesia Akan Diguyur Hujan Saat Imlek dan Pemilu 2024

Kompas.com - 09/02/2024, 21:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan mengguyur wilayah Indonesia pada 9-14 Februari 2024.

Periode tersebut bertepatan dengan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili yang jatuh pada Sabtu (10/2/2024) dan Pemilihan Umum (Pemilu) pada Rabu (14/2/2024).

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, analisis data iklim BMKG menunjukkan, lebih dari 55 persen wilayah di Indonesia sudah memasuki zona musim (ZOM) diprediksi memasuki puncak musim hujan, pada Januari-Februari 2024.

Adapun, zona musim adalah wilayah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan.

"Dalam tiga hari terakhir (5-7 Februari 2024) terjadi curah hujan intensitas lebat hingga sangat lebat terjadi di beberapa wilayah Indonesia," ujar Guswanto dalam keterangan resminya kepada Kompas.com, Kamis (9/2/2024).

Baca juga: BMKG Sebut Indonesia Dilanda El Nino dan Monsun Asia Saat Musim Hujan 2024, Apa Dampaknya?

Penyebab hujan saat Imlek dan Pemilu 2024

Guswanto menerangkan, kondisi dinamika atmosfer Indonesia dalam sepekan ke depan atau pada 9-14 Februari 2024 masih dapat memicu potensi cuaca signifikan di beberapa wilayah.

Terjadinya hujan saat Imlek dan Pemilu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti aktivitas Monsun Asia, aktifnya gelombang ekuator Rossby dan Kelvin, dan pembentukan pola belokan dan pertemuan angin.

Terkait Monsun Asia, fenomena ini masih memicu potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia, terutama di bagian tengah dan selatan.

Kemudian, aktifnya gelombang ekuator Rossby dan Kelvin di sekitar wilayah Indonesia bagian tengah dan timur turut memicu peningkatan potensi awan hujan.

BMKG juga mendeteksi adanya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, termasuk Sumatera, Jawa, dan Kalimantan sebagai dampak dari penguatan angin Monsun Asia.

"Salah satu langkah yang telah dilakukan BMKG dalam mengantisipasi potensi cuaca ekstrem selama puncak musim hujan ini adalah dengan menempatkan satu unit Mobile Weather Radar di Stasiun Meteorologi Kertajati sejak tanggal 31 Januari 2024," tutur Guswanto.

Baca juga: Siklon Tropis Anggrek Terdeteksi di Sekitar Indonesia, Berlangsung sampai Kapan?

Wilayah yang dilanda hujan 9-14 Februari 2024

Guswanto menyampaikan, berbagai wilayah di Indonesia berpotensi dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada 9-14 Februari 2024.

Simak daftar selengkapnya berikut ini:

  • Sumatera Barat
  • Jambi
  • Bangka Belitung
  • Sumatera Selatan
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Papua Barat
  • Papua.

Baca juga: Kapan Puncak Musim Hujan 2024? Ini Prakiraan BMKG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

Tren
Mengulik Racunomologi

Mengulik Racunomologi

Tren
Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Tren
Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Tren
Sejumlah Riset Sebut Hubungan Kekurangan Vitamin D dengan PCOS

Sejumlah Riset Sebut Hubungan Kekurangan Vitamin D dengan PCOS

Tren
5 Penyebab Anjing Menggonggong Berlebihan dan Cara Mengatasinya

5 Penyebab Anjing Menggonggong Berlebihan dan Cara Mengatasinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com