Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Australia Hadapi Ancaman Invasi 200 Juta Kodok Beracun yang Bisa Bunuh Buaya...

Kompas.com - 28/01/2024, 21:00 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kodok tebu atau cane toads menjadi masalah baru bagi Australia.

Pasalnya, amfibi berukuran besar ini memiliki racun yang dapat membunuh kadar, ular, hingga buaya.

Penyebaran kodok tebu di Australia semakin masif dan dikhawatirkan dapat melukai manusia.

Dikutip dari CNN, hewan yang terkena racun kodok tebu juga bisa mengalami kejang-kejang dan kelumpuhan.

Pemimpin lokal organisasi Great Cane Toad, Gary King mengatakan, para relawan telah melakukan penangkapan terhadap kodok tebu dan umumnya mereka berkumpul di sekitar Brisbane, Australia.

Meski demikian, populasi kodok tebu semakin membeludak di Australia, dengan perkiraan populasi sekitar 200 juta ekor.

Baca juga: Sering Dikira Sama, Kenali Perbedaan kodok dan Kodok

Bermula untuk membasmi kumbang tebu

Kodok tebu merupakan hewak amfibi yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Jenis hewan ini termasuk sebagai hama dan memiliki kulit cokelat serta bintik hitam pada kulitnya.

Pada 1935, kodok tersebut sempat dilepaskan di negara bagian utara Queensland untuk memakan kumbang tebu.

Sayangnya, sejak saat itu, kodok tebu telah menyebar ke utara, selatan, dan ribuan mil ke barat dari benua Australia.

Satwa ini menjadi hama yang tidak disukai karena dapat mengeluarkan racun dan termasuk pemangsa yang rakus.

Baca juga: 10 Hujan Aneh yang Pernah Terjadi di Dunia, dari Hujan Darah hingga Hujan kodok

Pada setiap tahap siklus hidupnya, kodok ini akan memproduksi racun yang dipancarkan dari kelenjar besar di pundaknya.

Racun inilah yang akan berakibat fatal pada hewan dan manusia apabila tidak sengaja terpapar.

Pada beberapa hewan, racun tersebut dapat menyebabkan detak jantung cepat, kejang, kelumpuhan, dan bahkan kematian. Racun itu juga dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat pada manusia.

Selain Australia, banyak negara di dunia yang bermasalah dengan kodok tebu, seperti Amerika Serikat, Jepang, Filipina, Papua Nugini, serta pulau-pulau di sekitar Samudera Pasifik dan Karibia.

Baca juga: Ramai soal Video Kucing Bermain Kodok, Dokter Ungkap Bahayanya

Pembasmian

Sebagian besar, pertempuran melawan kodok tebu dilakukan oleh pejuang ekologi setempat yang mengenakan sarung tangan karet untuk mencari kodok dewasa.

Metode pemberantasan kodok yang lebih efisien telah ditemukan dengan menargetkan berudu yang menetas dari cengkeraman hingga 30.000 telur.

Ini adalah hasil kerja kolaboratif dari ahli kimia produk alami dari University of Queensland, Profesor Rob Capon, dan Profesor Rick Shine, ahli biologi evolusi dan ekologi dari Macquarie University.

Metode yang disarankan untuk membunuh berudu dan kodok tebu dewasa di Australia adalah dengan memasukkannya ke dalam lemari es selama 24 jam, kemudian membekukannya selama satu atau dua hari sebelum membuangnya ke tempat sampah.

Baca juga: Ramai Diperbincangkan, Benarkah Australia Aman dari Gempa Bumi?

Untuk alasan yang jelas, membunuh berudu kodok tebu secara massal jauh lebih efisien daripada membunuh kecebong kodok dewasa.

Namun ia mengakui bahwa memusnahkan kodok tebu di Australia adalah tugas yang mustahil.

“Perangkap kecebong adalah cara yang sangat baik untuk memberantas kodok karena jika Anda dapat menangkap kodok dewasa dan mengeluarkan kecebongnya, Anda mempunyai penyangga yang lebih besar untuk generasi berikutnya,” kata Capon.

“Tetapi Australia adalah negara yang besar. Ada banyak tempat di mana kodok hidup dengan bahagia dan tidak ada orang yang melakukan perangkap kecebong atau pembasmian kodok," sambungnya.

Baca juga: Peternak Australia Bagi-bagi Domba Gratis, Apa yang Terjadi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com