Setiap Kamis siang, ibu-ibu Plaza de Mayo bergandeng tangan dan mengitari plaza sambil membawa foto anak-anak mereka yang dihilangkan paksa.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Aktivis HAM Munir Lahir 8 Desember 1965
Para peserta Aksi Kamisan membawa payung berwarna hitam yang menjadi logo gerakan tersebut.
Penggunaan payung hitam sebagai maskot dan simbol Aksi Kamisan merupakan usul dari Sumarsih dan Suciwati saat aksi damai ini digelar.
Sumarsih mengusulkan payung, sedangkan Suciwati mengusulkan payungnya berwarna hitam.
"Saya bilang, 'Bagaimana kalau payung?' Kemudian Mbak Suci bilang warnanya hitam. Bagi saya hitam itu adalah keteguhan. Keteguhan di dalam mencintai insan manusia," ujar Sumarsih tahun lalu.
Suciwati juga memberikan ide pakaian peserta aksi berwarna serba hitam sebagai lambang keteguhan dalam mencintai manusia.
“Kemudian kami menentukan kapan harinya, dan ternyata di hari Kamis kami bisa meluangkan waktu untuk aksi rutin itu,” lanjutnya, dilansir dari Kompas.com (20/1/2023).
Baca juga: Pejabat Tinggi HAM PBB Mundur, Kecewa pada PBB yang Tak Bisa Atasi Serangan Israel ke Gaza
Sumarsih pun mengaku sempat khawatir aksi ini akan dibubarkan.
Berdasarkan pengalaman masa lalu, aksi damai perempuan di Bundaran HI pada 1999 pernah dibubarkan polisi karena dituduh ditunggangi Gerwani. Namun, kekhawatiran itu tidak terbukti.
Seiring waktu, Aksi Kamisan berkembang menjadi gerakan konsisten setiap Kamis. Tak hanya Jakarta, setidaknya 60 kota se-Indonesia ikut menggelar aksi ini.
Mereka yang terlibat pun semakin banyak, seperti mahasiswa, anak muda, seniman, aktivis, dan kelompok-kelompok lainnya.
Selain menyerukan keadilan HAM, aksi ini menjadi ruang publik untuk menyuarakan permasalahan lain yang dialami rakyat.
Baca juga: 5 Kasus HAM yang Belum Tuntas, dari Peristiwa Trisakti hingga Paniai
Meski sudah berlangsung selama 17 tahun, peserta Aksi Kamisan baru sekali bertemu presiden Indonesia.
Pertemuan itu berlangsung saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang mereka ke Istana Kepresidenan pada 31 Mei 2018.
Diberitakan Kompas.com (31/5/2018), peserta Aksi Kamisan saat itu meminta Jokowi mengakui sejumlah pelanggaran HAM masa lalu yang terjadi di Indonesia.
Mereka juga menuntut Kejaksaan Agung untuk segera menindaklanjuti kasus tersebut.
Meski bertemu di Istana Kepresidenan, Jokowi tidak hadir di lokasi demonstrasi karena ada acara. Para peserta juga tetap menggelar Aksi Kamisan seperti biasa.
Sumarsih mengatakan, Aksi Kamisan baru akan berhenti jika hanya dihadiri tiga orang peserta. Namun, sejauh ini aksi tersebut paling sedikit hanya diikuti tujuh orang pada 2022.
(Sumber: Kompas.com/Ihsanuddin, Luqman Sulistiyawan, Jawahir Gustav Rizal | Editor: Krisiandi, Kristian Erdianto, Bayu Galih)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.