Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Dalam Negeri Mencekam, Ini Penyebab Krisis Keamanan di Ekuador

Kompas.com - 11/01/2024, 17:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Kekerasan kemudian merambah ke ranah politik, dengan pembunuhan seorang kandidat presiden anti-korupsi tahun lalu.

Pemerintah menyalahkan situasi ini pada meningkatnya jangkauan geng perdagangan kokain, yang telah mengacaukan sebagian besar wilayah Amerika Selatan.

Di dalam penjara Ekuador, geng-geng tersebut mengambil keuntungan dari lemahnya kontrol negara untuk memperluas kekuasaan mereka.

Baca juga: Calon Presiden Ekuador Tewas Ditembak Saat Kampanye

Kekerasan di dalam penjara bahkan telah menjadi hal yang umum, sehingga mengakibatkan ratusan kematian. Oleh pihak berwenang, kondisi ini dianggap sebagai pertempuran antara geng untuk mengendalikan penjara.

Mengatasi hal tersebut, Presiden Noboa telah mengumumkan "Rencana Phoenix" untuk meningkatkan keamanan negaranya.

Rencana itu mencakup pembentukan unit intelijen baru, senjata taktis untuk pasukan keamanan, penjara dengan keamanan tinggi, dan keamanan yang diperkuat di pelabuhan dan bandara.

"Rencana Phoenix" ini, kata Noboa, akan menelan biaya sekitar 800 juta dolla AS. Meskipun 200 juta dollar AS dalam bentuk senjata baru untuk tentara Ekuador akan disediakan oleh Amerika Serikat.

Baca juga: Daniel Noboa, Ahli Waris Usaha Pisang, Terpilih Jadi Presiden Ekuador di Usia 35 Tahun

Kondisi Ekuador saat ini

Dampak dari aksi kekerasan di Ekuador, jalanan di sebagian besar negara tersebut kosong, bahkan di hari kerja.

Banyak warga yang mengatakan bahwa situasi tersebut serupa dengan apa yang terjadi saat pandemi Covid-19.

Ratusan tentara, termasuk tank, berpatroli di jalan-jalan Guayaquil dan ibu kota Quito, dilansir dari BBC.

Diketahui, Guayaquil dianggap sebagai kota paling berbahaya di negara ini, karena pelabuhannya berfungsi sebagai pusat penyelundupan narkoba.

Sekolah-sekolah tutup dan pembelajaran dilakukan secara online.

Bahkan, Tiongkok, investor utama di Ekuador, juga mengumumkan penutupan sementara kedutaan dan konsulatnya.

Baca juga: Bos Kartel Narkoba Ekuador Dikubur Bersama Banyak Senjata, Jadi Bekal Perlindungan di Akhirat

Di sebuah tempat usaha yang masih buka di Guayaquil, penjaga keamanan swasta dengan gelisah menutup pintunya. Petugas itu dengan hati-hati memperbolehkan orang untuk masuk ke tempatnya.

Sementara itu, polisi mengatakan bahwa kekerasan masih berlangsung di Guayaquil.

Delapan orang dilaporkan tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan geng kriminal pada Selasa (9/1/2024).

Sementara dua petugas polisi dibunuh oleh "penjahat bersenjata" di kota terdekat, Nobol. Ini adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Para mahasiswa berlarian ketakutan ketika orang-orang bersenjata memasuki koridor universitas mereka dan meledakkan bom.

Mereka yang harus keluar rumah baik untuk bekerja maupun mengunjungi keluarga, melakukannya dengan rasa takut yang besar.

Baca juga: Kisah Lansia di Ekuador Bangkit dari Kematian, Terengah dan Gedor Peti Mati Saat Pemakaman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com