Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disorot Saat Debat Capres, Ini Sederet Alutsista Bekas yang Dibeli Menhan Prabowo

Kompas.com - 08/01/2024, 19:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Alat utama sistem senjata atau alutsista bekas menjadi sorotan selama debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) ketiga untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 pada Minggu (7/1/2024).

Menteri Pertahanan sekaligus capres nomor urut 2, Prabowo Subianto mengungkapkan alasannya membeli alutsista bekas dibandingkan baru.

"Jadi, alat perang itu usianya kurang lebih 25-30 tahun, pesawat terbang, kapal perang, dan sebagainya. Jadi bukan soal bekas atau tidak bekas. Tapi usia pakai, kemudaan," kata Prabowo dalam debat capres ketiga, dikutip dari Kompas TV, Minggu.

"Jadi pesawat, umpamanya pesawat Mirage 2005 yang ada di Qatar yang rencananya kita ingin akuisisi, usia pakainya masih 15 tahun," lanjutnya.

Menurut Prabowo, jika membeli pesawat dengan teknologi terbaru, kedatangannya akan lebih lama, yakni sekitar tiga tahun.

Lantas, apa saja alutsista bekas yang dibeli oleh Prabowo selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan)?

Baca juga: Profil PT TIM, Perusahaan Orang Dalam yang Disebut Anies Terkait Pengadaan Alutsista di Kemenhan


Alutsista bekas yang dibeli Menhan Prabowo

Di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) telah membeli beberapa alutsista bekas dari negara lain.

Berikut alutsista bekas yang dibeli maupun berencana diakuisisi Kemenhan:

1. Kapal perang fregat

Salah satu jenis alutsista bekas yang dibeli Kemenhan di bawah kepemimpinan Prabowo adalah kapal perang fregat.

Pada Juni 2021, Prabowo menandatangani kontrak kerja sama pembelian kapal perang fregat dari perusahaan pembuat kapal Italia, Fincantieri.

Melalui kesepakatan tersebut, Fincantieri akan menyuplai enam fregat kelas FREMM atau European multi-purpose frigate dan dua fregat bekas kelas Maestrale.

"Fincantieri akan menjadi kontraktor utama untuk keseluruhan program," demikian informasi dari laman Fincantieri yang dikutip Kompas.com, Selasa (20/6/2023).

Baca juga: Melihat Gagasan Anies, Prabowo, dan Ganjar soal Keamanan Siber di Indonesia...

2. Pesawat Mirage 2000-5

Jet tempur Mirage 2000-5 milik Angkatan Udara Kerajaan Qatar.(avionslegendaires) Jet tempur Mirage 2000-5 milik Angkatan Udara Kerajaan Qatar.

Kemenhan juga memutuskan untuk membeli dua belas unit pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar.

Pengadaan ini dituangkan dalam Kontrak Jual Beli Nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU tertanggal 31 Januari 2023 dengan nilai kontrak sebesar 733.000.000 Euro dengan penyedia Excalibur International dari Republik Ceko.

Pembelian pesawat pabrikan Dassault Aviation, Perancis itu bertujuan untuk menutup jarak kesiapan tempur TNI AU.

Di sisi lain, pesawat-pesawat tempur milik TNI AU pun banyak yang akan dilakukan upgrade dan overhaul atau perbaikan.

Pengiriman pesawat pesanan pengadaan baru sendiri disebut akan memakan waktu. Karenanya, pembelian pesawat Mirage 2000-5 bekas Qatari Air Force dinilai sebagai solusi memenuhi kesiapan pesawat tempur TNI AU.

Namun demikian, Juru Bicara Kemenhan Dahnil Anzar menyampaikan, pembelian selusin pesawat tempur bekas dari Qatar ini mengalami penundaan.

"Karena ada keterbatasan fiskal, maka rencana pembelian pesawat Mirage 2000-5 tersebut ditunda," kata Dahnil dalam keterangannya kepada Kompas.com, Kamis (4/1/2023).

Baca juga: Mengenal Apa Itu Alutsista, Berikut Daftarnya di TNI AD, AU, dan AL

Daftar alutsista baru yang dibeli Kemenhan

Tidak semua pengadaan alutsista di era Prabowo Subianto merupakan bekas yang dibeli dari negara lain.

Tercatat, beberapa di antaranya melibatkan kontrak pembelian unit baru dari perusahaan-perusahaan pihak pertama.

Berikut sejumlah alutsista yang dibeli Prabowo Subianto selama menjabat sebagai Menhan:

1. Pesawat tempur Rafale

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo melakukan factory visit ke Dassault Aviation, Bordeaux, di sela-sela kunjungannya ke Perancis, Selasa (10/10/2023) waktu setempat.  Fadjar meninjau langsung di pusat pembuatan pesawat tempur Rafale yang bakal memperkuat TNI AU.Dok. Dispenau Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo melakukan factory visit ke Dassault Aviation, Bordeaux, di sela-sela kunjungannya ke Perancis, Selasa (10/10/2023) waktu setempat. Fadjar meninjau langsung di pusat pembuatan pesawat tempur Rafale yang bakal memperkuat TNI AU.

Kemenhan mengakuisisi enam pesawat tempur Rafale dari pabrikan Dassault Aviation asal Perancis.

Penandatanganan pembelian Rafale itu dilakukan Kemenhan dengan perwakilan Dassault Aviation pada 10 Februari 2022.

"Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk enam pesawat," kata Menhan Prabowo saat itu.

Secara keseluruhan, Indonesia berencana memborong 42 jet Rafale, meski 36 unit lainnya akan menyusul dalam waktu dekat.

Jika pembelian 42 unit tersebut terealisasi, jumlah pesawat tempur Rafale yang akan diboyong Indonesia telah melebihi target semula, yakni 36 unit.

Sementara itu, berdasarkan kontrak, kedatangan tiga pesawat Rafale pertama baru akan terlaksana pada Januari 2026.

Baca juga: Mengintip Canggihnya Amunisi Baru TNI AU, Jet Rafale Buatan Perancis

2. Kapal selam Scorpene

Indonesia melalui Kementerian Pertahanan juga berencana membeli dua kapal selam Scorpene asal Perancis.

Rencana pembelian ini masuk dalam kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan tentang kapal selam antara PT PAL Indonesia dan NAVAL Grup dari Perancis di Jakarta pada 10 Februari 2022.

"Hari ini kita telah tanda tangani MoU kerja sama di bidang research and development tentang kapal selam antara PT PAL dengan NAVAL grup dari Perancis yang tentunya akan mengarah pada pembelian dua kapal selam Scorpene," kata Menhan Prabowo.

Prabowo menjelaskan, rencana pembelian ini sudah termasuk Air-independent Propulsion (AIP) beserta persenjataan dan suku cadang yang dibutuhkan, termasuk latihan.

General Manager of Merchantship dan Submarine PT PAL Satriyo Bintoro dalam acara tersebut mengatakan, pembangunan satu kapal selam Scorpene membutuhkan waktu enam tahun.

"(Target pembangunan) enam tahun untuk memproduksi satu kapal selam," ujar Bintoro kepada awak media.

Adapun saat ini, lanjut Bintoro, pembangunan kapal selam Scorpene masih dalam tahap fase pertama.

Baca juga: Spesifikasi Pesawat Airbus A400M Pesanan Menhan untuk TNI AU

3. Pesawat Airbus A400M

Ilustrasi pesawat Airbus A400MSHUTTERSTOCK/KAMILPETRAN Ilustrasi pesawat Airbus A400M

Prabowo juga menandatangani kontrak pemesanan dua pesawat Airbus A400M produksi Perancis yang memiliki konfigurasi multi-peran tanker dan angkut.

Airbus A400M mampu diandalkan untuk pengangkutan taktis, serta pengiriman personel dan barang untuk pendaratan di berbagai medan.

Penandatanganan kontrak pemesanan dua Airbus sendiri telah berlangsung di sela-sela acara Dubai Airshow pada 18 November 2021 lalu.

Tidak hanya itu, dikutip dari Kompas.com, Selasa (15/8/2023), Kemenhan pun berkomitmen membeli empat unit A400M sebagai tambahan pada masa mendatang.

4. Rantis Maung

Pada Juli 2020, Prabowo tercatat memesan 500 unit kendaraan taktis atau rantis 4x4 produksi PT Pindad (Persero).

Pemesanan 500 rantis Maung berlangsung tak lama setelah Presiden Joko Widodo meminta Prabowo membeli alutsista buatan dalam negeri.

Prabowo pun menyerahkan 40 unit Maung kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang saat itu masih dijabat Jenderal TNI Andika Perkasa.

Penyerahan mobil taktis ini diberikan Prabowo di sela-sela penyelenggaraan Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Pertahanan yang digelar di Kemenhan, Jakarta, pada 11-13 Januari 2021.

Baca juga: Mengintip Spesifikasi Maung Pindad Versi Sipil yang Akan Dijual Mulai Rp 600 Jutaan

5. Radar militer

Kemenhan turut memesan tiga belas radar jarak jauh Ground Master 400 Alpha (GM400a) produksi Thales, sebuah perusahaan asal Perancis.

"Kemenhan yang beli, nanti yang operasionalnya di TNI AU," kata Wakil Menteri Pertahanan M Herindra pada Juni 2023.

Melalui kesepakatan ini, Herindra menyebut akan ada transfer of technology (ToT) antara Perancis dan Indonesia.

Sementara itu, Presiden Thales International, Pascale Sourisse mengatakan, GM400a memiliki daya jangkauan hingga 515 kilometer.

"Radar ini mengintegrasikan kemampuan kecerdasan buatan untuk mengelola sejumlah besar data yang diterimanya," kata Sourisse.

Kehadiran radar militer ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan TNI AU untuk mengawasi wilayah udara Indonesia yang sangat luas.

Radar ini, menurut Thales, mampu mendeteksi semua jenis ancaman udara, mulai dari pesawat tempur, rudal, helikopter, hingga wahana tanpa awak.

Baca juga: Spesifikasi KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 yang Bakal Jadi Kapal RS di Gaza, Palestina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com