Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko dan Efek Samping Sedot Lemak Setelah Melahirkan

Kompas.com - 30/11/2023, 17:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sedot lemak adalah salah satu metode untuk menghilangkan lemak di area tubuh tertentu dengan cepat.

Metode ini kerap dilakukan karena memberikan hasil yang cepat dalam waktu singkat. Sedot lemak juga menjadi alternatif bagi mereka yang mengalami kegemukan setelah melahirkan.

Namun, sedot lemak setelah melahirkan tidak bisa dilakukan sembarangan, sebab dapat menimbulkan efek kesehatan. 

Lantas, seberapa aman melakukan sedot lemak setelah melahirkan?

Sedot lemak setelah melahirkan

Spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) dari Brawijaya Hospital Antasari Jakarta Selatan, Dinda Derdameisya mengatakan, sedot lemak setelah melahirkan bisa dilakukan.

Namun, operasi itu sebaiknya dilakukan 3-4 bulan setelah persalinan.

"Bahkan sampai di atas 6 bulan ya kalau dari literatur," ungkap dia, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/11/2023).

Dinda menjelaskan, waktu 3-4 bulan setelah melahirkan seorang ibu masih membutuhkan waktu untuk proses pemulihan pascapersalinan, terutama pada organ-organ tubuhnya hingga lemaknya.

"Organ tubuh ibu hamil, lemaknya, dan pembuluh darahnya besar-besar karena hormon, dia membutuhkan waktu untuk recovery atau pemulihan," jelasnya.

Baca juga: Risiko dan Efek Samping Operasi Sedot Lemak

Efek samping sedot lemak setelah melahirkan

Terpisah, dokter spesialis obstetri dan ginekologi di RSIA Anugerah Semarang, Indra Adi Susianto mengatakan, operasi sedot lemak setelah melahirkan caesar sebaiknya dilakukan dengan jarak lebih lama dari pada umumnya.

Indra menyebutkan, operasi sedok lemak tersebut sebaiknya menunggu hingga 6 bulan pasca melahirkan. 

"Hal ini memungkinkan sayatan operasi sembuh dan rahim serta perut kembali," kata Indra, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/11/2023).

Dia mengatakan, sedot lemak yang berlebihan memiliki risiko atau efek samping yang membahayakan. Bahkan bisa berdampak pada kematian.

"Sedot lemak yang berlebihan (excessive liposuction) tampaknya dikaitkan dengan peningkatan risiko DVT (deep vein trombosis) dan emboli paru yang fatal," kata Indra.

Baca juga: Mengenal soal Sedot Lemak, Manfaat, Risiko, dan Biayanya

Berikut efek samping sedot lemak setelah melahirkan:

1. Risiko emboli

Emboli yang sampai ke paru-paru adalah sumbatan, seperti trombus atau embolus lemak. Hal itu bisa terjadi melalui aliran darah dari tempat yang jauh ke paru-paru.

2. Hemodilusi

Efek samping sedot lemak setelah melahirkan juga bisa berupa hemodilusi yang dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas.

Hemodilusi atau pengenceran darah selama kehamilan akan mencapai maksimal 5-8 bulan.

"Faktor hemodilusi ini dapat menyebabkan kadar hemoglobin darah ibu menurun hingga mencapai 10 gr/dl," kata Indra.

Hemodilusi dapat menghasilkan hemostasis abnormal sebelum terjadi gangguan pada pengiriman oksigen jaringan.

Baca juga: Jalan Kaki Bisa Turunkan Massa Lemak Tubuh hingga 10 Persen, Begini Caranya

3. Hipotermia

Hipotermia merupakan predisposisi keadaan hiperkoagulasi.

Reaksi biokimia halus yang mempertahankan homeostasis prokoagulan dan antikoagulan akan diubah sehingga membuat reaksi ke arah proses pro-koagulan.

4. Termal Injury

Termal Injury adalah insiden terbesar yang menyebabkan Deep Vein Trombosis dan Pulmonary Emboly.

Hal ini disebabkan trauma langsung pada vena, paparan luas pada endotel kapiler dengan aktivasi lokal kaskade koagulasi, dan cedera termal akibat panas polimerisasi akrilik dapat memicu trombosis vena proksimal.

"Emboli, hemodilusi, hipotermia, dan termal injury bisa menyebabkan kematian," kata Indra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com