Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penyintas Stroke, Bangkit dari Kelumpuhan untuk Taklukkan Lari 10K

Kompas.com - 24/11/2023, 16:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tak pernah terbayang dalam benak Alfa (45), seseorang yang gemar berolahraga, tiba-tiba mengalami serangan stroke hingga membuatnya duduk tak berdaya di kursi roda.

Apalagi, kala itu, sekitar tiga tahun lalu, dia terkena serangan saat sedang olahraga latihan interval intensitas tinggi, senam tabata.

"2020, April itu saya kena serangan stroke. Itu dialami usai lari cuma 1 kilometer," kata Alfa saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (22/11/2023).

Melanjutkan rutinitas olahraga lari dengan senam tabata di rumahnya yang terletak di Surabaya, Jawa Timur, pagi itu Alfa tiba-tiba merasa pusing.

Menyadari ada yang tak beres, dia mulai menggeser tubuh untuk bersandar ke tembok dan minum sedikit air.

Namun, betapa kagetnya saat hendak pindah ke kamar, separuh badan sebelah kirinya tidak bisa digerakkan.

Kondisi rumah yang sepi membuat Alfa hanya bisa pasrah sembari berbaring di lantai lantaran tak bisa menghubungi siapa pun atau berteriak.

"Sendirian di rumah, saya tersadar saya tidak boleh tidur. Kalau tidur, bisa lewat. Saya hanya bisa doa. Itu kejadian jam 9 pagi, istri tidak di rumah," ungkapnya.

Alfa harus mempertahankan posisinya selama lebih kurang 12 jam, mengingat sang istri hari itu baru tiba di rumah pada pukul 9 malam.

Tanpa makan dan minum, bahkan tak lagi bisa berbicara, dia hanya bisa berdoa agar tetap tersadar di tengah rasa kantuk selama 12 jam.

"Pas istri datang sudah curiga, lampu mati, saya langsung getok-getok sofa (untuk membuat suara)," terang Alfa.

Begitu melihatnya, apalagi kondisi bibir yang miring, sang istri tersadar bahwa Alfa mengalami serangan stroke.

Istrinya kemudian berinisiatif mengambil jarum untuk menusuk salah satu jari di tangan kirinya. Tak seperti kondisi orang normal, darah langsung mengalir dari jarinya sesaat setelah ditusuk.

Baca juga: Cerita Wanita di Inggris Alami Stroke pada Usia Muda, Berawal dari Sakit Kepala

Setelah itu, istri Alfa dibantu tetangga membawa sang suami ke rumah sakit.

"Dibawa ke RS Mitra Waru, dibantu dan diangkat masukin ke mobil, masuk IGD. Kata dokter spesialis harus MRI dan toraks," ucapnya.

Masih di tengah pandemi sekitar pukul 12 malam, dokter mengabari adanya pendarahan otak sebanyak 60 mililiter di otak belakang telinga kanan.

Sempat akan dioperasi, istri Alfa meminta perawatan dan penyembuhan lain selain pembedahan.

Dokter akhirnya memutuskan untuk tidak mengoperasi, tetapi memasukkan Alfa ke unit perawatan intensif (ICU) selama kurang lebih tiga minggu.

"Kata dokter, 'Dengan obat-obatan dan kondisi yang bapak (Alfa) stabil, (darah) akan meresap ke dalam otak'," terang Alfa menirukan ucapan dokter.

Baca juga: Waspada Tanda-tanda Awal Stroke, Salah Satunya Lengan Terasa Lemah

Olahragawan, tetapi terkena stroke

Alfa mengungkapkan, banyak yang tak percaya kondisi yang dialaminya lantaran dia adalah seorang olahragawan.

"Olahragawan, lari, sepeda, tapi kena stroke. Itu karena pikiran, kedua punya riwayat hipertensi," tuturnya.

Alfa terkena serangan stroke saat berusia 42 tahun. Sebelumnya, saat medical checkup di usia 35 tahun, dokter sudah mewanti-wanti tekanan darahnya yang tak normal.

"Waktu itu disuruh minum obat tapi tidak mau, karena saya olahragawan. Kesalahan saya adalah tidak teratur minum obat, suka makanan asin," ujarnya.

Baca juga: Jenis Ikan yang Aman Dikonsumsi Penderita Stroke, Apa Saja?

Ketidakpercayaan akan kondisi saat itu sempat membuat Alfa tak terima dan melayangkan "protes" ke Tuhan.

Apalagi, sebelum serangan stroke, dia intens mengikuti ajang lari sejak 2013, mulai dari 5 kilometer hingga 21 kilometer.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com