KOMPAS.com - Maraknya modus penipuan yang memanfaatkan media digital semakin menimbulkan keresahan di masyarakat.
Salah satu modus penipuan tersebut, yakni social engineering. Modus ini penipuan ini banyak menyasar perbankan.
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (3/8/2023), Executive Vice President Center of Digital BCA Wani Sabu mengatakan, kejahatan di dunia maya atau cyber crime dapat terdiri dari social engineering, ransomeware, email phising, dan infostealing trojan.
Mengutip data dari Oxford University, Wani menyebut di seluruh dunia 88 persen kasus perbankan di era digital adalah social engineering atau rekayasa sosial.
"Bagaimana dengan di Indonesia? Ternyata di Indonesia itu 99 persen social engineering," ungkapnya.
Sering kali, pelaku penipuan social engineering mengaku dari pihak bank untuk meminta kode One Time Password (OTP).
Jika memberikan kode OTP, maka penipu dapat mengakses data pribadi sasaran korbannya.
Lantas, apa itu modus penipuan social engineering dan bagaimana cara menghindarinya?
Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya menjelaskan, penipuan social engineering merupakan sebuah rekayasa sosial.
Social engineering disebut juga dengan soceng dan merupakan bentuk penipuan yang paling sederhana, tetapi sangat efektif.
“Dari sisi teknologi, sebenarnya social engineering itu tidak terlalu canggih. Jadi, di dalam social engineering itu penipu akan memanfaatkan kondisi psikologis dari korbannya,” ujar Alfons kepada Kompas.com, Rabu (1/11/2023).
Baca juga: Muncul Lagi Modus Penipuan Button View WhatsApp, Ini Kata Pakar
Contoh dari penipuan social engineering adalah seseorang mengaku berasal dari salah satu bank ternama di Indonesia dan mengirimkan link atau formulir untuk memberitahu mengenai kenaikan biaya admin bank.
“Jadi, mereka tidak bisa bikin aplikasi, tapi membuat form dengan menggunakan tampilan logo-logo bank, kemudian mengirimkan kepada korban sambil mengatakan ‘rekening Anda akan dikenakan tambahan biaya Rp 150.000 per bulan. Jika tidak ingin terkena biaya, klik link ini’ itu kan gampang membuatnya,” jelas Alfons.
Menurut dia, kebanyakan korban akan langsung mudah tertipu dengan modus penipuan social engineering karena mereka sudah ketakutan terlebih dahulu dan tidak mau membayar biaya admin.
Baca juga: Cara Laporkan Nomor Terindikasi Penipuan ke Kominfo agar Diblokir
Selain itu, penipuan social engineering juga bisa digabungkan dengan aplikasi asalkan pelaku penipuan membuat sebuah aplikasi.