KOMPAS.com - Konflik antara kelompok Hamas Palestina dengan Israel yang terjadi sejak Sabtu (7/10/2023) memicu kekhawatiran global.
Dilaporkan lebih dari 1.000 orang menjadi korban dalam perang Israel-Palestina, termasuk sejumlah tentara dan warga sipil.
Sejumlah negara juga telah menyerukan adanya gencatan senjata dan penghentian perang, termasuk di antaranya dari Indonesia.
Selain memakan korban warga sipil, perang Israel-Palestina berpotensi akan memperparah kondisi perekonomian global yang masih terdampak perang Rusia-Ukraina.
Lantas, apa potensi dampak ekonomi yang akan dirasakan Indonesia akibat perang Palestina vs Israel?
Baca juga: Perang Yom Kippur 1973, Saat Negara Arab Ramai Embargo Minyak ke AS
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, dampak dari konflik Israel-Palestina akan memicu investor melakukan pergeseran ke aset yang aman.
Kondisi ini menurutnya bisa memicu dollar AS menguat secara jangka pendek.
"Dollar indeks, misalnya. menguat ke level 106. Rupiah bersiap mengalami depresiasi terhadap dollar AS," kata Bhima kepada Kompas.com, Senin (9/10/2023).
Hal tersebut berpotensi menaikkan harga sejumlah barang dan komoditi impor, khususnya pangan.
Sebagai contoh, Bhima menyebut biaya impor beras akan naik karena terpengaruh dollar AS, meskipun ada negara yang siap jual ke Indonesia.
Selain itu, impor bahan bakar minyak (BBM) juga akan lebih mahal akibat naiknya dollar AS ini.
"Tentu pilihan pemerintah apakah alokasi subsidi energinya naik atau diteruskan ke masyarakat membayar BBM lebih tinggi," ujarnya.
Dengan kondisi ini, maka menurut Bhima inflasi akan menjadi ancaman serius bagi daya beli domestik.
Baca juga: Buntut Serangan Hamas, Netanyahu Akan Putus Pasokan Listrik, Makanan, dan Gas ke Gaza