Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Disleksia 8 Oktober: Sejarah dan Kenali Gejalanya pada Anak

Kompas.com - 08/10/2023, 14:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Penyebab disleksia

Mengutip Medical News Today, hingga kini penyebab disleksia masih belum diketahui secara pasti.

Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan kelainan gen yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan berbahasa.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa perubahan pada gen DCDC2 juga berkaitan dengan gangguan membaca dan disleksia.

Selain itu, cedera otak atau stroke juga dapat berperan dalam perubahan cara kerja otak yang menyebabkan disleksia. 

Faktor risiko disleksia

Menurut Mayo Clinic, berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami disleksia:

  • Riwayat anggota keluarga dengan disleksia atau gangguan belajar
  • Dilahirkan secara prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR)
  • Penggunaan nikotin, obat-obatan, alkohol, atau terkena infeksi yang dapat mengubah perkembangan otak janin selama kehamilan.

Perawatan disleksia

Menurut National Health Service dan Mayo Clinic, disleksia merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan.

Meskipun demikian, terdapat metode khusus yang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis penderita disleksia.

Metode ini disebut dengan metode fonik, yaitu metode yang meningkatkan kemampuan pasien dalam mengidentifikasi dan memproses suara.

Pada metode fonik, penderita disleksia akan mendapat sejumlah pelatihan berikut:

  • Mengenali dan mengidentifikasi bunyi kata yang diucapkan Misalnya membantu anak mengenali bahwa kata-kata pendek seperti "tas" sebenarnya terdiri dari 3 suara, yaitu "t", "a" dan "s")
  • Menggabungkan huruf untuk membentuk kata Secara bertahap, dokter akan menggunakan kata tersebut untuk membentuk kalimat yang rumit
  • Memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi atau kata tersebut
  • Membaca kata dalam kalimat secara lantang untuk membangun ketepatan (akurasi), kecepatan, dan ekspresi dalam membaca (kefasihan)
  • Menyusun kalimat menggunakan kosakata baru yang dipahami
  • Memantau pemahaman pasien dalam membaca Misalnya mendorong anak untuk bertanya apabila mereka tidak paham dengan kata atau informasi yang disampaikan. 

Sejarah disleksia

Disleksia pertama kali diidentifikasi oleh dokter Jerman Oswald Berkhan pada tahun 1881.

Berkhan pertama kali menemukan gangguan disleksia saat menganalisis kasus anak laki-laki yang mengalami kesulitan parah dalam membaca dan menulis.

Pasien tersebut sehat secara intelektual dan fisik, sehingga kemudian menarik perhatiannya saat itu.

Temuannya ini kemudian menjadi populer dan ternyata kasus disleksia adalah hal yang sebenarnya umum terjadi.

Bagi penderita disleksia membaca adalah sebuah tantangan tersendiri.

Oleh sebab itu, sejak disleksia pertama kali ditemukan dokter dan terapis di seluruh dunia terus berusaha menemukan cara terbaik untuk mengatasi gangguan ini.

Nama 'disleksia' diberikan oleh dokter mata Rudolph Berlin, enam tahun kemudian sejak kondisi disleksia ditemukan.

Baca juga: Ramai soal Ciri Seseorang Alami Disleksia Dewasa, Ini Kata Ahli 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com