"Tempe memang dibuat dari hasil fermentasi jamur, jamur yang digunakan jenis Rhizopus," imbuhnya.
Sehingga selain mengecek putih-putih yang ada di pinggiran tempe tersebut, disarankan juga untuk mengecek ciri lain untuk memastikan apakah masih layak konsumsi atau tidak.
Baca juga: Ramai soal Makan Tempe Disebut Bisa Memicu Kanker Serviks, Benarkah?
Anna mengungkapkan sejumlah ciri dari tempe yang sudah tidak layak konsumsi. Berikut ciri-ciri tersebut:
Tempe yang sudah tak layak konsumsi, umumnya sudah berubah warna menjadi kecokelatan atau bahkan menghitam.
“Tempe yang sudah kecokelatan atau hitam itu karena kedelainya sudah ada proses pembusukkan pada tempe,” terang Anna.
Sehingga jika tempenya masih berwarna kuning dan jamurnya berwarna putih, maka bisa dikonsumsi.
Tempe yang sudah memiliki aroma atau bau menyengat, itu sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
“Bau menyengat atau sangit menandakan tempe sudah mengalami pembusukkan,” jelas Anna.
Sedangkan, tempe yang baik untuk dikonsumsi memiliki aroma jamur segar khas dan tidak menyengat
Jika sudah terasa lembek dan mudah hancur saat disentuh, tempe tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
“Butiran kedelai mudah lepas atau hancur juga menjadi ciri kualitas tempe yang sudah menurun,” ungkapnya.
Apabila tempe terasa keras dan padat saat disentuh atau ditekan perlahan, maka bisa dikonsumsi.
Baca juga: Jadi Simbol Kemiskinan, Tempe Masuk Daftar Hidangan Tradisional Terbaik di Dunia
Anna menuturkan, sebaiknya simpan tempe di dalam kulkas karena dapat bertahan lebih lama dibanding dibiarkan begitu saja di dapur.