Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Pacitan Sering Terjadi Gempa Bumi?

Kompas.com - 19/08/2023, 13:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa bumi kembali terjadi di Pacitan, Jawa Timur, Sabtu (19/8/2023) dini hari, tepatnya pukul 01.29 WIB.

Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) gempa itu berkekuatan M 5 dan tidak berpotensi tsunami.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, lokasi gempa bumi Pacitan hari ini berada di laut pada jarak 80 kilometer (km) arah Barat Daya Kota Pacitan pada kedalaman 10 km.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar dasar laut," jelasnya, dikutip dari keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu,

Gempa bumi di Pacitan bukan pertama kali terjadi. Pada Juli 2023, gempa berkekuatan M 5,7 juga mengguncang Pacitan.

Gempa itu terjadi di 84 km Barat Daya pada kedalaman 10 km.

Pada Juni 2023, gempa M 6 juga mengguncang Pacitan. Saat itu getaran gempa terasa hingga ke Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Lantas, kenapa Pacitan sering terjadi gempa bumi?

Baca juga: Gempa Bumi M 6,5 Guncang Afghanistan dan Pakistan, Sejumlah Bangunan Roboh, Getaran Terasa hingga India

Penyebab Pacitan sering terjadi gempa bumi

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan penyebab wilayah Pacitan kerap terjadi gempa bumi.

"Melihat parameter gempanya dengan kedalaman dangkal, (penyebabnya) tampak ada struktur sesar aktif di dasar laut tersebut," kata Daryono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Namun, pihaknya mengaku belum memetakan sesar apa yang melewati wilayah tersebut.

Selain aktivitas sesar aktif, penyebab Pacitan sering terjadi gempa juga karena subduksi lempang.

"Banyak juga dari aktivitas subduksi lempeng indo-Australia ke bawah Eurasia," tandas dia.

Baca juga: Analisis Gempa M 5,0 Pacitan Hari Ini, Penyebab, dan Jenis Gempanya

Sesar naik di zona tumpukan lempeng

Dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), peneliti sekaligus Staf Ahli Pusat Studi Bencana UGM Gayatri Indah Marliyani mengatakan, wilayah selatan Pacitan kerap terjadi gempa akibat sesar naik yang banyak dijumpai pada zona tumbukan lempeng.

"Gempa-gempa ini biasanya terjadi di daerah yang di dalam istilah geologi disebut sebagai zona prisma akresi dan cekungan muka busur," kata dia.

Jika dilihat dari peta kedalaman bawah laut (batimetri), terlihat bahwa cekungan muka busur (berupa depresi di lepas pantai) di selatan Pacitan secara drastis menyempit dibandingkan dengan di selatan Yogyakarta.

"Hal ini mengindikasikan bahwa di selatan Pacitan ada tekanan yang lebih kuat yang diakibatkan oleh adanya morfologi tinggian (tonjolan) di dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi di daerah ini, yang bisa diamati dengan baik dari data batimetri," jelas Gayatri.

Adanya morfologi tinggian ini menjadi ‘ganjalan’ dari proses subduksi sehingga menyebabkan pergerakan lempeng menjadi tertahan.

Energi yang tertahan kemudian dilepaskan melalui sentakan tiba-tiba yang ditandai oleh peristiwa gempa bumi.

Seringkali, gempa bumi yang terjadi berkekuatan M 5-6.

"Ini sebenarnya bisa jadi merupakan pertanda baik, bahwa energi yang tertahan dilepaskan secara bertahap," tandas Gayatri.

Namun, untuk mengetahui berapa nilai energi yang masih tersimpan dan yang dilepaskan, Gayatri mengatakan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Baca juga: 10 Gempa Bumi Terbesar Sepanjang Sejarah, Dua di Indonesia

Imbauan BMKG

Menindaklanjuti gempa bumi yang terjadi di Pacitan dalam 3 bulan terakhir, Daryono mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Warga juga disarankan menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.

Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.

Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi, seperti:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Tren
Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Tren
146 Negara yang Mengakui Palestina sebagai Negara

146 Negara yang Mengakui Palestina sebagai Negara

Tren
Kasus Kanker Penis Naik di Dunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Kasus Kanker Penis Naik di Dunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com