KOMPAS.com - Dibangun sejak 2015, proyek LRT Jabodebek dulunya dianggap sebagai proyek mustahil atau imposible mission.
Kini, proyek LRT Jabodebek itu hampir selesai. Bahkan kereta tersebut akan beroperasi tanpa masinis.
LRT Jabodebek ini direncanakan akan memiliki tarif Rp 5.000 untuk 1 kilometer pertama dan Rp 700 untuk kilometer selanjutnya.
Jika disimulasikan, tarif maksimal untuk LRT Jabodebek sekitar Rp 25.000 yang dihitung dari lintasan terjauh arah Bekasi ke Dukuh Atas.
Sayangnya, sejumlah polemik mulai muncul saat proyek ini hampir selesai.
Baca juga: Uji Coba LRT Jabodebek Dihentikan, Bagaimana Nasib Penumpang yang Sudah Mengantongi Tiket?
Baca juga: Alasan Kemenhub Hentikan Uji Coba LRT Jabodebek Mulai 17 Juli 2023
Sedianya, LRT Jabodebek akan diujicobakan untuk masyarakat umum pada 27 Juli, tetapi mundur lantaran ada penyempurnaan sistem.
Padahal, sudah ada 24.000 warga mendaftar untuk mencoba langsung operasional terbatas LRT Jabodebek.
Uji coba yang kemudian direncakan pada 29 Juli juga kembali batal dan direncanakan pada awal Agustus 2023.
Namun, pihak Kementerian Perhubungan dan Divisi LRT Jabodebek belum bisa memberikan tanggal pasti terkait uji coba ini.
Pihak KAI sebelumnya menghentikan juga sementara uji coba operasional terbatas selama 17-20 Juli untuk menginput perangkat lunak dari Siemens ke sistem LRT.
Siemens adalah pihak yang mengeluarkan rekomendasi safety assemssment untuk LRT Jabodaebek.
Baca juga: Rumitnya Rencana Impor KRL Bekas dari Jepang...
Tak hanya itu, proyek LRT Jabodebek ini juga dikritik habis-habisan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Bahkan, ia mengatakan LRT Jabodebek salah desain pada bagian jembatan rel atau longspan di Kuningan, Jakarta Selatan.
Kondisi ini menyebabkan kereta terpaksa melambat saat melewati tikungan itu.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya