Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada DBD di Tengah Suhu Tinggi, Kenali Gejala dan Pencegahannya

Kompas.com - 14/06/2023, 14:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat waspada terhadap gigitan nyamuk dengue yang dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi mengungkapkan, nyamuk DBD semakin ganas di tengah suhu cuaca tinggi seperti saat ini.

Pasalnya, apabila menilik jumlah kasus dari 1968, pola kasus DBD meningkat saat terjadinya El Nino.

Bahkan, penelitian mengungkapkan bahwa nyamuk akan mengganas saat berada di tengah suhu panas.

"Jadi frekuensi dia menggigit itu akan meningkat 3-5 kali lipat pada saat suhunya meningkat di atas 30 derajat," ujar Imran di Jakarta, dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (12/6/2023).

Lantas, apa saja gejala DBD dan pencegahan yang perlu dilakukan?

Baca juga: Kasus Malaria di Medan Meningkat, Ini Beda Gejala Malaria dengan DBD


Gejala DBD yang patut diwaspadai

Dilansir dari laman Kemenkes, DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus.

Di Indonesia, DBD telah menjadi penyakit endemik yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air.

Spesialis anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr Mulya Rahma Karyanti mengatakan, infeksi dengue ditularkan dari gigitan nyamuk betina.

Nyamuk Aedes aegypti betina tersebut membutuhkan darah untuk diisap agar dapat bertelur.

"Masa inkubasi 5-10 hari, rata-rata 7 hari sejak gigitan nyamuk sampai timbul gejala," katanya di Jakarta, Senin.

Menurut Mulya, nyamuk biasanya akan aktif menggigit saat terang, yakni mulai pukul 08.00-10.00 dan menjelang sore sekitar pukul 15.00-17.00.

Adapun gejala DBD yang mungkin dirasakan, antara lain:

  • Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari.
  • Wajah memerah.
  • Sakit kepala.
  • Mual kadang muntah.
  • Sakit perut.
  • Sakit tulang.
  • Orang dewasa sering terjadi ngilu pada tulang sendi dan nyeri otot.
  • Diare.
  • Bintik-bintik merah pada kulit.
  • Mimisan.
  • Gusi berdarah.
  • Muntah darah.
  • BAB berdarah.
  • Tangan dan kaki dingin serta lembab.
  • Lemah.
  • Tidur terus.

Baca juga: 5 Penyakit Endemik di Indonesia, dari Malaria, DBD hingga TBC

Masih dari laman yang sama, gejala DBD terbagi menjadi beberapa fase yang patut diwaspadai.

Pada fase pertama, sekitar 1-3 hari, penderita akan merasakan demam cukup tinggi hingga 40 derajat Celsius.

Selanjutnya, pada fase kedua, tepatnya hari keempat dan kelima, penderita akan mengalami fase kritis yang ditandai dengan penurunan demam hingga 37 derajat Celsius.

Penderita biasanya akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali atau merasa sembuh.

Padahal, jika tidak mendapat pengobatan pada fase ini, berpotensi terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah.

Sementara itu, memasuki fase ketiga pada hari keenam dan ketujuh, penderita akan merasakan demam kembali.

Saat mengalami fase yang disebut pemulihan ini, trombosit perlahan akan naik kembali hingga normal.

Baca juga: Waspada DBD, Ini 8 Tanaman yang Bisa Mengusir Nyamuk

Langkah pencegahan DBD

Pencegahan infeksi DBD dapat dilakukan melalui upaya pemberantasan sarang nyamuk dengue.

Cara paling mudah, yakni dengan menerapkan 3M Plus yang terdiri dari:

  • Menguras dan menyikat bak mandi, kendi, toren air, drum, dan tempat penampungan air lainnya.
  • Menutup tempat penampungan air.
  • Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas.
  • Mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk dengue.

Menurut Kemenkes, upaya plus atau tambahan pencegahan gigitan dan perkembangbiakan nyamuk DBD dapat meliputi:

  • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
  • Menggunakan obat anti nyamuk.
  • Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
  • Gotong royong membersihkan lingkungan.
  • Memeriksa tempat-tempat penampungan air.
  • Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup.
  • Memberikan larvasida (pemberantas jentik nyamuk) pada penampungan air yang susah dikuras.
  • Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk.

Baca juga: Melihat Cara Singapura Mengatasi Wabah DBD...

Pemberantasan nyamuk tidak dianjurkan menggunakan fogging, lantaran merugikan kesehatan dan hanya memberikan dampak instan.

Fogging juga sangat mencemari lingkungan, dan berpotensi membuat nyamuk menjadi resisten atau kebal.

Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan melalui vaksin dengue yang sudah memiliki izin edar, yaitu vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Tren
4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Gunakan Garpu Tanah dan Tidur dengan Bercak Darah

4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Gunakan Garpu Tanah dan Tidur dengan Bercak Darah

Tren
Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Tren
KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

Tren
11 Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Imbas Kecelakaan Bus di Subang

11 Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Imbas Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemerintah Wajibkan Seluruh Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Pemerintah Wajibkan Seluruh Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Tren
Berstatus DPO, Begini Ciri 3 Buronan Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Berstatus DPO, Begini Ciri 3 Buronan Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Tren
Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa Kali Pertama dan Sekarang

Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa Kali Pertama dan Sekarang

Tren
Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Tren
Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya

Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya

Tren
OpenAI Luncurkan GPT-4o secara Gratis di ChatGPT, Apa Itu?

OpenAI Luncurkan GPT-4o secara Gratis di ChatGPT, Apa Itu?

Tren
Mengenal PTN BH, Keistimewaan, dan Daftar Kampusnya

Mengenal PTN BH, Keistimewaan, dan Daftar Kampusnya

Tren
4 Obat Ini Tak Boleh Diminum Bersama Jahe, Ada Hipertensi dan Diabetes

4 Obat Ini Tak Boleh Diminum Bersama Jahe, Ada Hipertensi dan Diabetes

Tren
Pendaftaran Poltekip dan Poltekim Kemenkumham 2024: Jadwal, Persyaratan, dan Cara Daftarnya

Pendaftaran Poltekip dan Poltekim Kemenkumham 2024: Jadwal, Persyaratan, dan Cara Daftarnya

Tren
Jarang Diketahui, Ini 6 Efek Samping Terlalu Banyak Minum Es Teh Saat Cuaca Panas

Jarang Diketahui, Ini 6 Efek Samping Terlalu Banyak Minum Es Teh Saat Cuaca Panas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com