KOMPAS.com - Kericuhan yang melibatkan dua kelompok massa terjadi di Jalan Tamansiswa, Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta, DIY, Minggu (4/6/2023) malam.
Akibat kericuhan tersebut, bangunan bersejarah Pendopo Tamansiswa ikut rusak.
Seorang ibu warga sekitar berteriak histeris tak rela bangunan tersebut rusak.
"Kula boten ikhlas (saya tidak ikhlas) bangunan ini bersejarah. Sampun, Pak (Sudah, Pak)," ujarnya, dilansir dari Kompas.com, Senin (5/6/2023).
Wanita paruh baya itu mengais sisa-sisa tulisan penanda Pendopo Tamansiswa yang rusak berserakan.
"Kula tiyang (saya orang) Yogya, Pak. Besok anak-anak harus sekolah. (Di sini) ada TK, SD, SMP. Jenengan (Anda) juga harus bekerja," teriak wanita berbaju biru itu.
Lantas, bagaimana sejarah bangunan Pendopo Tamansiswa itu?
Baca juga: Dua Kelompok yang Ricuh di Jalan Tamansiswa Jogja, PSHT dan Brajamusti Berdamai
Rencana pembangunan Pendopo Agung Tamansiswa digagas oleh Ki Hadjar Dewantara dan dibantu warga Tamansari pada 1936.
Bangunan ini berlokasi di Jalan Tamansiswa Nomor 25 Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta.
Dilansir dari Tamansiswa Pusat, para siswa di Taman Siswa, sekolah yang didirikan Ki Hadjar Dewantara, bahu-membahu mengumpulkan biaya pembangunan sebasar 4.000 gulden, anggaran yang tidak sedikit pada masa itu.
Peletakan batu pertama sebagai tanda pembangunan dimulai dilakukan pada 10 Juli 1938 oleh Nyi Hadjar Dewantara mewakili semua orang yang turut mendirikan "Wakaf Merdeka" dari Persatun Tamansiswa.
Baca juga: Hardiknas 2 Mei 2023: Sosok Ki Hadjar Dewantara dan Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Pendopo agung itu resmi dibuka pada 16 November 1938 melalui upacara yang juga dilakukan oleh Nyi Hadjar Dewantara.
Pada saat peresmian pendopo, diresmikan pula panji-panji Tamansiswa. Panji-panji ini menyerupai perisai dan berisi lambang Tamansiswa dengan bentuk segi panjang berukuran 50 X 75 cm.
Panji-panji tersebut menjadi simbol dasar perjuangan Tamansiswa dalam mencapai cita-citanya.
Bangunan Pendopo Agung Tamansiswa berbentuk joglo, gaya arsitektur khas daerah Jawa–Yogyakarta.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.