Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Menggebrak Kasur untuk Terapi Bayi 9 Hari agar Tidak Kagetan, Apa Bahayanya?

Kompas.com - 05/06/2023, 07:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Video yang berisi terapi menggebrak kasur untuk membuat bayi tidak kagetan, viral di media sosial.

Video itu diunggah oleh akun TikTok ini pada Kamis (1/6/2023).

Dalam video itu terlihat seorang bayi yang direbahkan di kasur dikagetkan dengan cara digebrak kasurnya oleh seorang wanita. Terapi ini katanya bertujuan untuk membuat bayi tidak mudah kaget.

Dalam video itu juga disebutkan bahwa bayi tersebut masih berumur 9 hari.

Tradisi orang jawa,de2 baru umur 9 hari,katanya biar gak kagetan,” begitu narasi yang ada dalam unggahan tersebut.

Pengunggah juga menuliskan narasi lain di bawah video tersebut yang bertuliskan “Masya allah de2 gak nangis”.

Hingga Senin (4/6/2023), video itu sudah dilihat lebih dari 141.700 kali dan mendapat sekitar 12.400 komentar.

Video itu pun menuai beragam komentar, termasuk dari spesialis khusus tumbuh kembang anak.

@mizaafrizal #stitch with @Altaf kaivan Arshaka sekali lg tanpa bermaksud menyalahkan atau menyinggung suatu tradisi daerah tertentu, saya murni hanya memberi edukasi dan pendapat dari dunia medis.. mohon maaf sekali lg ???? #fenting #faktaparenting ? original sound - Miza Afrizal

 

Baca juga: Lebih Jauh tentang Madsaz, Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi Karya Dosen IPB

Penjelasan dokter

Dalam video TikToknya, dokter spesialis anak RSIA Tumbuh Kembang Miza Dito Afrizal menanggapi video viral tersebut dengan menyatakan bahwa tindakan itu dapat membahayakan bayi.

Kompas.com sudah mendapatkan izin untuk mengutip penjelasan dari dr Miza Dito mengenai hal itu.

Sebelum memberikan penjelasan, Miza Dito memohon maaf bahwa dirinya tidak bermaksud menyinggung tradisi tertentu.

Selanjutnya dalam video yang ada, ia menyampaikan beberapa dampak bagi bayi akibat terapi tradisional itu menurut pandangan medis.

“Punya beberapa risiko yang cukup banyak,” ucap Miza.

Salah satu risikonya yakni akan terjadi shaken baby syndrome atau pendarahan di otak bayi.

“Kalau sudah pendarahan di otak, kemungkinannya akan terjadi kematian mendadak atau bayinya selamat tapi punya cacat seumur hidup,” tuturnya.

Selain dampak negatif pada otak, juga akan berdampak pada pendengaran bayi tersebut.

Pendengaran bayi masih belum terlalu baik atau matang. Sehingga apabila mendengar sesuatu dengan intensitas, frekuensi, dan juga volume yang kencang, maka akan mengakibatkan kerusakan permanen pada telinga.

“Jadi dia bisa tuli seumur hidup,” terangnya.

Baca juga: Apa Itu Hubungan Inses yang Bisa Melahirkan Bayi Cacat Bawaan? Ini Penjelasan Dokter

Bayi kaget menandakan bayi normal dan sehat

Miza juga mengungkapkan, bayi mempunyai refleks yang disebut dengan refleks primitif.

“Refleks primitif adalah refleks yang dia bawa dari dia lahir. Refleks primitif itu salah satunya refleks moro,” katanya.

Refleks moro sendiri adalah bayi yang suka kaget tanpa penyebab yang jelas.

“Refleks moro itu menandakan otak bayi normal,” ucapnya.

Justru menurutnya, orangtua harus khawatir jika bayinya tidak mempunyai refleks moro atau tidak sering dan mudah kagetan.

“Refleks itu biasanya akan menghilang sekitar bayi berumur 4 bulan,” jelasnya.

Sebelum bayi berumur sekitar 4-5 bulan, ia akan kaget dengan alasan yang sepele.

“Cuman dengar suara orang buka bungkus apa dia kaget, getar dikit dia kaget,” terangnya.

Hal itu juga menandakan bahwa bayi mempunyai pendengaran dan otak yang sehat.

“Jadi bayi kaget itu jangan dihindari. Itu justru sebenarnya adalah tanda bahwa bayi itu punya perkembangan otak yang normal,” tutupnya.

Baca juga: China Pertimbangkan Wanita Lajang Bisa Lakukan Bayi Tabung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com