“HABIS Gelap Terbitlah Terang” merupakan judul buku kumpulan surat yang ditulis oleh R.A Kartini yang diterbitkan oleh J.H. Abendanon dengan judul dalam bahasa Belanda “Door Duisternis Tot Licht”.
Judul buku tersebut kemudian popular sebagai peribahasa yang menginspirasi bangsa Indonesia untuk senantiasa bersikap optimistis dalam maju tak gentar penuh harapan tanpa kenal putus asa ketika jatuh-bangun sampai babak-belur dalam menempuh perjuangan hidup sarat kemelut deru campur debu bertabur kerikil tajam berpercik keringat, air mata dan darah.
Jika kita lebih seksama dan cermat menyimak kenyataan siklus kehidupan di planet bumi, maka memang terpaksa harus diakui bahwa tidak ada yang kekal abadi tanpa perubahan.
Satu-satunya yang tidak berubah di alam semesta justru hanyalah sang perubahan itu sendiri. Namanya juga siklus kehidupan, maka wajar bahwa hidup mirip roda yang terus berputar, maka mustahil tetap berada di bawah atau di atas.
Termasuk apa yang disebut terang dan gelap juga mustahil kekal-abadi sama halnya dengan apa yang disebut sebagai siang dan malam.
Terbukti selama dunia ini belum kiamat, maka tidak ada siang yang terus menerus siang maupun tidak ada malam yang terus menerus malam.
Memang di kawasan kutub, matahari tampak bersinar selama 24 jam, namun ketika posisi poros bumi berubah maka matahari tidak tampak bersinar selama 24 jam.
Berarti di kawasan kutub habis gelap terbitlah terang, namun juga habis terang terbitlah gelap meski keterbitan terang dan gelap harus ditunggu secara lebih lama akibat fenomena astronomis yang niscaya berubah.
Pada hakikatnya peribahasa habis gelap terbitlah terang maupun habis terang terbitlah gelap sama-sama mengandung kearifan sak madyo sekaligus ojo dumeh serta empan papan.
Baik habis gelap terbitlah terang maupun habis terang terbitlah gelap mengajak manusia senantiasa sadar untuk bersikap sak madyo agar tidak berlebihan ketika merasa bahagia maupun merasa kecewa akibat tidak ada peristiwa yang kekal abadi pada terang dan gelap maupun perasaan kekal-abadi pada bahagia dan kecewa.
Di samping sak madyo manusia juga perlu bersikap ojo dumeh, yaitu jangan terkebur di saat berjaya akibat mustahil kekal abadi berjaya terus menerus.
Namun juga jangan putus asa di saat gagal sebab gagal juga tidak kekal abadi gagal terus menerus.
Semua itu juga tidak bisa begitu saja lepas dari kearifan empan papan yang menyadarkan kita semua bahwa segala sesuatu sebaiknya diejawantahkan pada tempat dan waktu yang tepat dan benar.
Selama planet bumi masih berputar sambil mengelilingi matahari serta planet bumi dikelilingi rembulan maka peribahasa habis gelap terbitlah terang maupun habis terang terbitlah gelap masih relevan absah dan sahih maka layak untuk dihayati demi kemudian diejawantahkan secara sak madyo sambil ojo dumeh dan empan papan pada saat manusia membutuhkannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.