Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ahmad M Ramli
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Saat AI "Berkembang Menakutkan", Apa yang Harus Dilakukan Negara?

Kompas.com - 06/05/2023, 14:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KONTROVERSI tentang artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terus berlanjut. Mundurnya mahaguru AI yang sangat dihormati, Geoffrey Hinton dari Google, menyentak dunia digital.

New York Times pada 1 Mei 2023 melaporkan, lebih dari 1.000 pemimpin teknologi, peneliti, dan pakar lainnya yang bekerja di dalam dan di sekitar AI, menandatangani surat terbuka yang memperingatkan bahwa teknologi AI menghadirkan "risiko besar bagi masyarakat dan kemanusiaan."

Di dalam kelompok itu terdapat pemilik Twitter dan kepala eksekutif Tesla, Elon Musk. Mereka mendesak laboratorium AI melakukan moratorium dan menghentikan pengembangan sistem mereka yang paling kuat selama enam bulan, sampai mereka dapat lebih memahami bahaya di balik teknologi tersebut.

Baca juga: Mengenal Artificial Intelligence (AI) dan Contohnya

Sebagaimana dilansir BBC News pada 2 Mei 2023, Hinton memperingatkan tentang bahaya AI. Hinton mengumumkan pengunduran dirinya dari Google, dalam sebuah pernyataan kepada New York Times, dengan mengatakan bahwa dia sekarang menyesali pekerjaannya.

Hinton lebih lanjut mengatakan kepada BBC bahwa bahaya AI chatbots "cukup menakutkan". "Saat ini, sejauh yang saya tahu, mereka tidak lebih pintar dari kita,” ujar Hintan.

Namun dia memprediksi, AI akan segera melampaui itu semua. Dapat dibayangkan bahwa AI kemudian bisa lebih pintar dari manusia.

Dalam kicauannya di Twitter pada 1 Mei 2023 lewat akun @geoffreyhinton, Hinton menyatakan, prinsipnya memilih mundur dari Google agar dapat mengkritik Google, juga agar dapat berbicara tentang bahaya AI tanpa mempertimbangkan bagaimana hal ini memengaruhi Google.

Dia mengakui, Google telah bertindak dengan sangat bertanggung jawab.

Apa yang Dikhawatirkan

Untuk memahami kekhawatiran terkait perkembangan AI, kita dapat mencermati apa yang dikemukakan Profesor Stuart Russell dalam kuliahnya bertajuk “How not to destroy the world with AI" di University of California, Berkeley pada 5 April 2023.

Baca juga: Kontroversi Artificial Intelligence, Karya Ilmiah, dan Hak Cipta

Profesor ilmu komputer UC Berkeley dan pakar AI terkemuka itu  mengatakan, teknologi AI memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. AI bisa meningkatkan kualitas hidup orang-orang di planet ini, atau sebaliknya justru menghancurkan peradaban.

Russell mendesak untuk mengubah cara pengembang membangun AI. Russell juga meminta negara-negara mengatur AI guna memastikannya AI dikembangkan untuk kepentingan manusia. Dia menyatakan, AI merupakan kekuatan untuk membentuk dunia sesuai minat.

"Sistem yang lebih cerdas dari manusia baik secara individu maupun kolektif, akan menciptakan entitas yang lebih kuat dari kita” kata Russell.

Jika ini terjadi, maka pada akhirnya manusia akan kehilangan kendali atas mesin. Kita bisa mengambil jalan berbeda yang justru mengarah pada sistem AI yang bermanfaat bagi manusia dan peradaban yang lebih baik.

Russell juga menyoroti sistem AI yang ada, seperti ChatGPT yang disebut beroperasi dalam kotak hitam. Dia mencontohkan chatbot yang berulang kali menyatakan cintanya kepada reporter New York Times, yang menolak ajakan bot tersebut.

ChatGPT yang dikendalikan AI juga membuat heboh, setelah dalam chat-nya memberitahu reporter New York Times (NYT), bahwa ia ingin "menjadi hidup" (Joshua Ramos 16 Februari 2023). Percakapan tersebut membuat reporter NYT "sangat tidak tenang".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Tren
Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Tren
Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Tren
Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum 'Ditelan' Everest

Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum "Ditelan" Everest

Tren
Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Tren
Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Tren
Menakar Peluang Indonesia Vs Irak pada Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U23 2024...

Menakar Peluang Indonesia Vs Irak pada Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U23 2024...

Tren
Amankah Berolahraga Saat Perut Kosong? Kenali Potensi Risikonya Berikut Ini

Amankah Berolahraga Saat Perut Kosong? Kenali Potensi Risikonya Berikut Ini

Tren
Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Tren
Aliran Uang Kementan untuk Kebutuhan Pribadi SYL, dari Sunat Cucu hingga Hadiahi Mobil Anak

Aliran Uang Kementan untuk Kebutuhan Pribadi SYL, dari Sunat Cucu hingga Hadiahi Mobil Anak

Tren
45 Kata-kata Selamat Hari Buruh 2024, Bakar Semangat Para Pekerja

45 Kata-kata Selamat Hari Buruh 2024, Bakar Semangat Para Pekerja

Tren
Mengapa 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh Internasional? Berikut Latar Belakangnya

Mengapa 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh Internasional? Berikut Latar Belakangnya

Tren
4 Suplemen untuk Menambah Nafsu Makan, Apa Saja?

4 Suplemen untuk Menambah Nafsu Makan, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com