Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kunang-kunang Saat Ini Sulit Ditemukan?

Kompas.com - 03/05/2023, 20:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Cahaya buatan adalah ancaman paling kritis kedua bagi kunang-kunang karena mengganggu ritual perkawinan khas mereka yang kita semua tahu dan sukai.

Kunang-kunang dewasa mengandalkan bioluminesensi atau cahaya yang diciptakan secara organik di dalam tubuh mereka, untuk menemukan pasangan.

Polusi cahaya menenggelamkan cahaya yang mereka ciptakan dan menekan kemampuan mereka untuk menemukan satu sama lain dan menyinkronkan sinyal pacaran mereka.

Dengan mengganggu kemampuan kunang-kunang untuk kawin, lampu-lampu kota melawan kunang-kunang dan meningkatkan risiko kepunahannya.

Baca juga: Bukan Hindari Predator, Kunang-Kunang Bercahaya untuk Kawin

3. Penggunaan pestisida

Penggunaan insektisida untuk membersihkan tanaman dan rumput tidak hanya mengusir hama, tetapi juga membahayakan kunang-kunang.

Pestisida adalah masalah global lainnya di antara spesies kunang-kunang karena mempengaruhi semua tahapan kehidupan dan dapat memiliki efek bergema dari mangsa ke predator.

Polusi air dan tanah sangat berbahaya bagi kunang-kunang bertelur di tanah lembab dan berkembang selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun di bawah air, di antara akar pohon, atau di dalam tanah.

Paparan insektisida menyebabkan penurunan tajam dalam daya tetas telur dan kematian larva dan dewasa yang tinggi, mengancam generasi kunang-kunang saat ini dan yang akan datang.

Baca juga: Bukan Kerlipan Cahaya, Kunang-kunang Betina Lebih Tertarik dengan Hadiah Perkawinan

4. "Wisata kunang-kunang"

Dikutip dari CNN, faktor lainnya yang melenyapkan serangga ini adalah banyaknya "wisata kunang-kunang".

Di tempat-tempat seperti Jepang, Taiwan, dan Malaysia, sudah lama menjadi kegiatan rekreasi untuk menyaksikan pertunjukan cahaya spektakuler yang dilakukan oleh beberapa spesies kunang-kunang.

Namun, sekarang menjadi lebih populer dan tersebar luas, bahkan bisa menarik lebih dari 200.000 pengunjung per tahun.

Harga mahal dari wisata ini adalah jumlah kunang-kunang yang terus berkurang.

Di Thailand, lalu lintas perahu motor di sepanjang sungai bakau di Thailand menumbangkan pohon dan mengikis tepian sungai serta merusak habitat.

Sementara spesies yang tidak bisa terbang diinjak-injak oleh wisatawan di Carolina Utara dan Meksiko.

Baca juga: Pesona Kerlap-Kerlip Kunang-kunang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com