Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Gelombang Panas yang Melanda Sejumlah Negara di Asia?

Kompas.com - 28/04/2023, 06:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah negara di kawasan Asia mengalami fenomena adanya gelombang panas yang tidak biasa.

Dikutip dari laman The Guardian, di Asia Tenggara termasuk Thailand dan Laos suhu mencapai rekor terpanas negara itu.

Suhu di Thailand terus mencapai lebih dari 40 derajat Celsius dalam beberapa pekan terakhir, mendorong pihak berwenang mengeluarkan peringatan panas ekstrem.

Suhu Thailand sempat melonjak hingga 45 derajat Celsius pada 15 April 2023 lalu. Sementara di Luang Prabang, Laos, suhu mencapai 42,7 derajat Celsius.

Gelombang panas juga melanda di India, pada Minggu (16/4/2023) setidaknya terdapat 13 orang tewas akibat sengatan panas di negara itu.

Lantas, sebenarnya apa itu gelombang panas dan mengapa bisa terjadi?

Baca juga: Benarkah Indonesia, Singapura, dan Malaysia Akan Alami Gelombang Panas 50 Derajat Celsius?

Apa itu gelombang panas?

Dikutip dari dari laman SciJinkas, gelombang panas merupakan periode cuaca panas dengan suhu yang tidak biasa yang berlangsung selama dua hari atau lebih.

Sebagai contoh, untuk dianggap sebagai gelombang panas, maka suhu udara harus berada di luar rata-rata historis suhu untuk area tertentu.

Sementara itu, menurut penjelasan BMKG gelombang panas juga dapat didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa selama setidaknya lima hari berturut-turut. Hal ini sesuai dengan batasan yang ditetapkan Badan Meteorologi Dunia.

Suatu lokasi disebut mengalami gelombang panas jika mencatat suhu maksimal harian melebihi ambang batas statistik, misal 5 derajat Celsius dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.

Jika suhu maksimum terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama, maka tidak masuk kategori gelombang panas.

Gelombang panas umumnya terjadi di wilayah yang terletak di lintang menengah hingga lintang tinggi baik di belahan Bumi utara maupun selatan, di wilayah geografis yang berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar.

Gelombang panas menurut BMKG biasanya berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area.

Pergerakan udara dari atmosfer bagian atas di suatu wilayah tersebut kemudian menekan udara permukaan sehingga termampatkan yang kemudian mengakibatkan suhu permukaan meningkat.

Di saat bersamaan, aliran udara dari daerah lain juga kesulitan untuk mengalir masuk ke area tersebut sehingga kemudian panas semakin meningkat dan awan sulit tumbuh di daerah tersebut.

Baca juga: Cuaca Panas Landa Indonesia, Cek Indeks UV di Aplikasi Ini

 

Penyebab gelombang panas

Pakar Iklim Maximiliano Herrera menyebut, gelombang panas yang menyebar dari India ke China, kemudan ke Thailand dan Jepang belakangan ini menurutnya adalah 'gelombang panas monster Asia' yang belum pernah ada sebelumnya.

Penyebutan tersebut karena sejumlah negara mencatat rekor suhu terpanas.

Ahli Meteorologi Accu Weather Jason Nicholls mengatakan, panas yang terjadi adalah akibat perubahan pola cuaca yang terjadi di seluruh Asia yang kemudian memicu gelombang panas.

Sementara itu dikutip dari JapanTimes, penyebab lain dari adanya gelombang panas yang lebih panas dari biasanya adalah adanya pemanasan global yang mengakibatkan cuaca buruk semakin buruk.

“Kemungkinan panas tahun ini diperparah karena ulah manusia,” kata Wakil Direktur Jenderal Departemen Meteorologi Thailand Thanasit Iamananchai.

Thailand umumnya mengalami cuaca yang lebih panas dari biasanya saat menjelang musim hujan, namun saat ini Matahari seperti menunjukkan intensitas ekstra.

"Rekor panas tahun ini di Thailand, China, dan Asia Selatan adalah tren iklim yang jelas dan akan menyebabkan tantangan kesehatan masyarakat di tahun-tahun mendatang," kata pimpinan regional untuk lembaga kebijakan iklim Climate Analytics Fahad Saeed.

Dia memperingatkan bahwa suhu yang melonjak adalah akibat dari perubahan iklim dan dampaknya terhadap populasi yang rentan akan sangat buruk.

Suhu panas di Indonesia bukan gelombang panas

BMKG telah menjelaskan bahwa fenomena udara panas yang terjadi Indonesia belakangan ini, bukanlah gelombang panas jika ditinjau dari karakteristik maupun indikator statistik pengamatan suhu.

Secara karakteristik, fenomena suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan
fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

Sehingga potensi suhu udara panas dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Sedangkan secara indikator statistik, variasi suhu maksimum di Indonesia berkisar 34-36 derajat Celsius yang berarti masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga: Gelombang Panas Landa Asia, 13 Warga India Dilaporkan Tewas dan Sekolah Ditutup

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Tren
Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Tren
Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com